Pejuang Ijazah di Kaki Bunda Maria

Gua Maria, Scolastikat Hati Maria- Claretian Kupang Dibawah kakimu, Bunda, aku duduk dalam diam, menenun kepedihanku dengan benang-benang ketabahan yang mulai rapuh. Malam-malam panjang telah menjadi sahabat setiaku, namun malam ini... ia terlalu sunyi untuk mengerti tangisku yang tak berbunyi. Tugas akhirku, Bunda... bukan hanya tentang kertas dan tinta, tetapi tentang serpihan mimpi yang kubawa sejak lama, dan kini mulai kehilangan bentuknya. Aku tak tahu lagi arah. Layar perahuku terkoyak angin keraguan, kompasku rusak, dan laut dalam diriku bergemuruh tanpa ampun. Bunda... apakah ini akhir dari semua yang kutabur dengan harapan? Di pojok taman yang menua bersama kenangan, aku bersandar pada doa yang tak selesai. Menanti jawaban yang tak pernah menjelma, hanya dinding-dinding kampus yang memantulkan sunyi. Aku baru saja pulang dari konsultasi... tapi pulang kali ini terasa seperti pulang dari medan perang tanpa kemenangan. Aku kalah, Bunda. Kalah oleh...