Postingan

Para Pencuri Senja

Gambar
Ku mulai gores dalam selembar cerita, Akan kehadiran dan juga suah dalam waktu. Kini cerita belum lepas dalam rayuan senja, Hanya gonjang-ganjing batin  bahas apa kata mereka. Aku dan kami sudah kenal, siapa mereka yang terjebak oleh panggung yang tak terjawab.  Namun kini telah usang dan kembali ungkit dalam detak-detik saat senja pamit. Bukan itu masalahnya. Kini soal kita disini, Dan tentang kita yang pernah ada di pekan itu. Aku bersamamu juga kita, Memulai hari ini untuk sebuah hari di suatu kalender nanti. Kini bersamamu dan mereka,  kita sedang bersuah, dalam nada dan kata, Seperti apa kita kemarin.  Kata Blesss, akan ku sampaikan tentang jiwa yang telah lama menanti kini kembali. Kembali pada surya yang pamit, Kini kita pamit dalam kata bukan dalam rasa. Kini kita mengawali yang baru, jiwa dan rasa yang baru untuk suatu hari pada sebuah kalender nanti.  Kini polesan cerita kita, di tenun dalam senja yang pamit ke pertiwi. Sebab kita adalah para pencuri s...

Doa Sang Mantan

Gambar
Pagi itu, lonceng Kapela begitu nyaring membangunkan semesta biara. Dalam kunang-kunang aku menelusur pelan kacamata yang ku letak diatas meja samping tempat pembaringan. Aku membereskan kain pembungkus tubuh yang sedang beradu saing dengan dinginnya bukit biara. Aku pelan-pelan menegok jam dinding yang ku pasang samping Salib Yesus sebelah kanan meja belajarku. Pukul 4.30. Yahhh waktunya harus bergegas. Bertarung dengan hangat di setiap fajar adalah hal yang selalu aku jumpai setiap hari. Tapi hari ini suasana berbeda. Oh yah… Hari ini hari Minggu. Aku teringat akan pesan dari suster kepala tadi malam agar aku bisa bantu pelayanan di kapela yang jauh dari biara. Aku belum pernah ketempat itu. Aku baru saja pindah dari komunitas lamaku dan kini aku ditugaskan di tempat ini. Ahhh ini pengalaman ku. Tapi… bagaimana aku tahu tempat itu? Aku kan orang baru disini?  Sejenak aku berpikir, tiba-tiba aku mendapat telpon. "Suster nanti ada yang datang jemput", kata Suster ...

Aku adalah yang Aku

Gambar
By: Sr. Endang, CIJ. Di awal yang kabur, dalam langkahku yang ragu, Aku melangkah dengan mencari jalan yang benar. Panggilan hati itu menggoda, memanggilku dengan lembut, Aku meraba-raba, mencoba mengerti arti sejati. Dalam gelapnya malam, dalam keheningan hati, Aku bertanya pada bintang-bintang, mencari jawaban. Siapakah aku di dalam alam yang luas ini? Di mana aku berasal dan ke mana arahku? Tetapi di balik awan yang menyelimuti langit, Tersembunyi sebuah kebenaran yang menggema. Panggilan itu menjawab dalam suara yang lembut,   "Aku adalah yang Aku", kata Sang Pencipta. Dalam perjalanan hidupku, aku temukan jalan melalui lembah yang dalam dan puncak yang tinggi. Dalam setiap langkah, aku merasakan kehadiran-Mu, Menuntunku dengan penuh kasih, juga menyentuh hatiku dengan lembut. Di saat kesejukan menghampiri, dalam badai dan kemenangan, Aku merasakan hadirat-Mu yang menguatkan. Setiap detik adalah anugerah, setiap napas adalah rahmat, Ak...

Sang Pengabdi

Gambar
Di sini dan kini Kumulai kisah dalam tenang. Aku sang penenun Merajut setiap kisah dan peristiwa. Lagu sang Pengabdi mengumandang di bumi Kolhua, Tentang kehadiran dan raga yang merasakan Aku ada disini. Aku bersama kisah menjelajahi setiap jiwa yang telah yang telah dibalut putih nan mengilap di bayang-bayang senja. Sore itu, aku bersama sang berjubah melintasi banyak jiwa yang menyaksikan Sang Pengabdi. Sore hingga gelap bertabur cahaya lilin kecil yang bersaing dengan angin di bukit Kolhua. Aku bersama Para Pengabdi menyisihkan detak-detak jiwa Aku disini dan kini, menembus batas. Bahagia rasanya bersama jiwa yang gema  Melantangkan tawa bahagia dalam jalan ini. Kini aku bersama Sang Pengabdi  Menenun kisah dan cerita. Paroki St. Fransiskus Asisi  Kolhua, BTN-KUPANG  Expo Panggilan 2024

Jiwa Yang Mendekap

Gambar
Sekian cerita dan kisah  Petualangan sang anak untuk sebuah jawaban. Kini ia menekuni jalan yang ia pilih sejak awal. Tak ada keraguan untuk sebuah keputusan, Karena ia yakin  Di jalan ini ada raga yang sigap  Jiwa yang berharap  Dan kepastian diakhirat. Kini ia berjalan dalam nada-nada penantian  Menjemput jiwa-jiwa yang harus ia dekap. Kini ia berjalan bak malaikat mengunjungi Maria pada kabar baik itu, Ia mengunjungi hati yang menanti dan berharap.   Selamat untukmu semua yang terpanggil khusus dalam jalan khusus ini. Kolhua, Expo Panggilan 2024 Paroki St. Fransiskus Asisi-BTN-KUPANG. 

Tukar cincin dengan Tuhan

Gambar
  Mendung di teduh Nunuh Amasat, mengundang rindu entah rindu apa dan kepada siapa, hanya saja tak pernah terungkap oleh kata hanya diam oleh rasa. Aku dalam simponi bersama jiwa menyaksikan seni tentang agungan alam yang terbentang nan menghalau mata tuk mencuri seni. Aku dan jiwa yang kerap memaksa, nyatanya rasa tak dapat memberi kata. Tentang Amasat, yang diagungkan oleh dingin dan sejuk, memaksa jiwa menahan untuk sejenak dalam kata-kata “aku disini”. Tentang Amasat dalam rasa aku pernah hadir merasakan kehangatan di tengah dingin yang memporak-porandakan jiwa dan tubuh. Aku hanya memahami, tentang Amasat yang pernah meninggalkan rindu. Tersimpan cerita yang pernah di morat-marit menghias jiwa yang berharap. Amasat tempat para pemburu jiwa di tempah, Amasat telah meninggalkan cinta yang membekas tentang ziarah sang anak. Ada bahasa sunyi yang ku dengar, tentang cicin yang di tukar. Sempat ku bertanya; kepada siapa? Nunuh Amasat men...

Ruang Rindu, Menarik Mimpi

Gambar
Embun pagi menetes dengan indah. Dihiasi dekor seberkas fajar menembus sudut-sudut sunyi. Membongkar gelap dan sunyi malam yang lalu. Kini, terdengar kicauan pipit mendadak ramai, beradu saing dengan sang jantan yang menjadi alarm alam penanda fajar mulai nampak. Jiwa yang setengah lelah pelan-pelan beranjak sadar, dengan mata kunang sehabis mimpi dalam hening, jelajah jauh kemari. Berkas cahaya yang datang melalui cela-cela jendela menghangatkan badan sedang damai dengan mimpi. Aku sadar dan bangun. Aku Jayla. Sedang beranjak rutinitas sebagai mahasiswi di kota karang. Di sini tempat aku menaruh nasib, dengan segenap harapan untuk kemudian hari aku nikmati. Sebuah jalan yang panjang nan kelok harus aku tempuh. Ini sebuah pilihan yang harus aku lalui. Entah kenapa pagi ini lelah sekali rasanya tuk bergegas ke kamar mandi untuk persiapkan diri sebagaimana biasanya. Aku melongoh dalam tatapan lelah pada dinding kamar kecilku. Yahhh aku lelah sehabis PKL di desa yang jauh dari kota....

DIA dan Baumata

Gambar
Ketenangan batin dalam hening mengenang engkau bangkit. Senja Golgota yang lalu menusuk nubari yang tajam, dengan cadas kejamnya dunia. Kini di pagi yang bangkit, Surya memberanikan diri tuk terbit, Engkau dan jiwa kembali  Menampakkan tubuh yang pernah jatuh ke dalam derita. Paska dan kisah Minggu dan bangkit Aku dan jiwa  Menemukan ketenangan  Bahagia  Diam bersamamu dalam sunyi dan waktu. Di sini ada jiwa yang bangkit  Di sini ada kebangkitan. Baumata  31/3/24

Aku menjumpaimu

Gambar
Jiwa kembali yang sempat pergi Mengalami gelap liang  telah menembus cahaya di muka kubur. Kafan yang tertinggal  tentang jiwa yang pergi dan kembali.  Aku di malam ini,  dalam serpihan lilin yang pancar menemukan senyum yang baru dan awal. Menjumpai jiwa yang terasa dalam dekapan senyum. Dalam percikan air di malam paska  tentang dia dan jiwa yang baru  Tentang bersamanya dalam setiap dekorasi di sabtu suci. Aku dan jiwa merasakan ada jiwa baru, rasa baru, di malam cahaya  malam percikan air menghapus dosa, Melambung doa antara  Aku dan senyum yang aku jumpai.  Sungguh aku menjumpai dalam serpihan cahaya lilin.  Baumata  Golgota dan cerita 

Doa Sang Pendosa

Gambar
Gelap selalu menyelimuti alamku. Tak satu pun cahaya menerobos dinding sunyi tempat aku merajut hidup. Aku terkurung dalam raga yang terlantar, Jiwa yang jauh dari keabadian cinta. Tentang semuanya akulah saksinya, sebab aku beraksi dalam gelap dan senyap. Berapa lama aku bertekun dalam gelap? Pertanyaan batin menuntut jiwa yang sadar. Sekian lama, sekian terperanjat dalam kata AKU SALAH. Inilah tugasku Menipu diri dengan membalik yang baik menjadi tersakiti. Raga tak dapat menahan agar bersabar, dan kehendak semakin hentak menyerang. Inilah kesaksian tentang aku yang bermain dalam gelap. Tentang semuanya akulah saksinya, sebab aku beraksi dalam gelap dan senyap. Aku sang pendosa bukan pendoa. SAATNYA sudah tiba Kini aku bermenung dengan menenun raga yang bersalah, Membalik yang tersakiti, menyakinkan yang terbaik. Aku hendak membalik raga yang salah, sebab aku salah langkah. Aku bersandar dan sadar Aku telah bersalah dan kini melarat. Seba...

Sang Pemburu Jiwa

Gambar
Aku seorang pemburu jiwa Aku sedang bertarung merebut jiwa yang hendak keseberang. Aku menyaksikan tangisan, ratapan juga rintihan. Aku jatuh pada mereka yang terlanjur dalam siksaan. IA mengutus aku agar semakin banyak dari mereka kembali, sebab aku hadir mencari anak yang hilang. Namun apalah daya Jiwa harus terbelengguh, perihku terima, cambuk harusku hadapi. DAN Aku tidak menangis. Aku tidak gagal. Aku tidak mengalah. Aku tidak berteriak dan lari. Aku tidak marah. HANYA Aku bertahan agar mereka selamat. Aku menghibur para ibu, agar air mata terbendung. Aku berjalan kuat walau jatuh tiga kali agar mereka belajar bagaimana bangkit ketika jatuh. AKU DENGAR Mereka teriak dengan gebiar kata khianat. Mereka teriak; aku sebagai perusak Aku sebagai penghina Aku sebagai pendusta Aku sebagai pengkhianat.   TIDAK!!!!! Aku tidak menjawab atas apa kata mereka Aku tahu percuma saja. Hati mereka telah beku oleh rasa benci, amar...

Ibah Sang Ibu

Gambar
Jiwa menerobos dinding sunyi, menyaksikan sang anak tersayang disakiti. Berapa lama ia menahan sentakan, dalam jiwa yang terbelenggu, terhunus, tertusuk pedang menuju nurani. Raganya tak tahan menahan amarah. Matanya tak mampu membendung air mata kesakitan. Ia terbatah untuk berkata, hanya saja ia harus menyaksikan pengasingan sang anak.   Hati ibah sang ibu menyaksikan perih dan sedih menusuk jiwa yang beraroma rintihan dan tangisan. Sekian lama ia menatap menyaksikan jiwa yang tak berontak. Menahan peri dan sakit melayang di atas batu cadas yang tajam. Setiap cambukan ada jiwa yang merintih, namun tak lari. Jiwa itu tak berontak atau melawan. Sang ibu, pasrah pada keadaan meratapi sang anak yang sedang berjalan menuju tempat tengkorak, sebab di sana jiwa lepas dan pergi. Ibah sang ibu bersaksi atas rasa sakit, menghiasi perjalanan sang anak dari kota ke Golgota, tempat terakhir; jiwa yang pergi. Ibah sang ibu menemani sang anak, m...

Rumitnya Jatuh Cinta

Gambar
  Aku Jeane sedang jatuh dalam bayangan dia yang aku jumpai. Aku tidak tahu kenapa rasa ini secepat ini muncul dan menggentarkan sudut-sudut nadi. Entah kebetulan atau tidak, aku telah jatuh pada rindu bayangannya itu. Aku pikir, aku sedang halusinasi karena banyak tugas kuliah yang memaksa otakku yang kecil ini untuk berpikir. Yahhhhh….ternyata tidak. Aku berpandang mata yang tak berkedip. Pikirku tatapan goda bukan rayu. Tatapan yang membanjirkan darah, menggentarkan jiwa menuju sudut-sudut ruang sunyi. Aku bersama rasa memotret kenangan yang tak terduga itu. Kini lima hari setelah perjumpaan itu. Bayang-bayang mata yang syaduh itu terekam baik dalam memori kecilku. Aku sadar, aku kesulitan nyenyak. Aku sedang bertanding melawan kasur dan bantal peluk disampingku. Entahlah…wajah itu muncul sembari senyum manja. Senyum waktu itu. Aku bersuah dengan keadaan, cerita dan kesempatan. Lagi-lagi perjumpaan lima hari yang lalu tak menghantarku nyenyak malam ini. Tatapan itu menghantu...

Perhentian: Jiwa Yang Pergi

Gambar
Aku menenun kisah baru  bersuah dengan cerita dan waktu. Aku berjalan diiring teriak pilu dan kata-kata memotong jiwa.  Entahlah apa yang terjadi pada ku di waktu ini. Aku di guyur hujan hujatan. Aku di cebur dalam kata-kata pengkhianatan. Apa salahku? Tanyaku pada sunyi yang menempel pada dinding-dinding jejak. Aku dalam perih menahan jiwa yang berontak, bersuah dengan kata-kata khianat dari mulut pembesar. Dia Pilatus tak berkata dan hanya cuci tangan. Herodes mengejar mimpi agar jiwaku pergi. Serdadu dengan sigap meluncur menembus dinding harapan para ibu yang menyaksikan cerita dan waktu. Aku bersuah dengan jiwa yang menangis sebab pilu para ibu yang ibah dengan derita. Aku dan Rasa menyatu, sebabku tahu  dalam hening dan bising, inilah jalan bagiku. Kata-kata tajam menembus nubari yang tak bersalah. Jiwa akan pergi demi misi agar para anak selamat.  Darvis Tarung CMF. SHM, 25/02/24

Perhentian Ke- IV, MAMA

Gambar
Mama Aku tahu mama sedang menangis  Aku tahu mama sedang tidak baik-baik saja  Aku tahu hati mama sedang merintih menuntut kebenaran yang tidak pernah terjawab. Mama Tak dapat ku hitung berapa banyak mama sembayang,  agar tahan di setiap keadaan. Mama sembayang dalam tenang  dan meresap dalam air mata. Mama Kenapa seperti ini di hari ini? Mama pernah sakit agar aku lahir, Kini mama sakit lagi melihat anak mama sengsara di bawah salib. Mama Maafkan aku ma.... Karena aku Hati mama tersobek-sobek Raga mama memikul beban penghinaan  Jiwa mama merintih dalam kesakitan. Kuatkan hatimu ma... Tegarkan ragamu...  Ingatlah ma.... Diujung jalan ini ada kemenangan untuk mama. Jiwa ragaku untukmu mama.... Darvis Tarung CMF  Jalan salib SHM.

Memburu Sekolah Favorit; Fenomena Konservatif

Gambar
   Darvis Tarung Mahasiswa Fakultas Filsafat  UNWIRA Kupang  Filsuf Aristoteles pernah menyebut bahwa pendidikan sebagai bekal terbaik bagi perjalanan hidup manusia di dunia. Saat ini, pendidikan menjadi kebutuhan hidup manusia.  Banyak orang berusaha untuk mengakses dunia pendidikan setinggi mungkin demi mengubah nasib. Banyak orangtua mempersiapkan masa depan anak-anak mereka dengan memikirkan pendidikannya. Pendidikan menjadi prioritas bahkan target yang harus di kejar demi kemapanan hidup. Tidak salah jika Aristoteles menyebut pendidikan sebagi bekal hidup. Mereka yang pernah menjalani pendidikan telah memetik hasilnya. Ada yang sukses, tak jarang ada pula yang tidak -tergantung skill . Tetapi pada umumnya mereka yang menamatkan pendidikan tinggi memiliki kemapanan tertentu. Pendidikan dapat menentukan nasib seseorang. Ada berbagai kenyataan yang mewarnai dunia pendidikan kita saat ini. Surat kabar Kompas edisi Minggu, 4 Februari 2024, memberitakan ten...

ENGKAU DAN AKU DI HARI VALENTINE

Gambar
ENGKAU DAN AKU DI HARI VALENTINE  Oleh: Sr. M. Louisa, PRR  Aku masih di sini  Di sudut sunyi Menanti sebuah kejutan dari-Mu Menanti sapaan Menanti ucapan; selamat hari kasih sayang Dan...  Dalam sunyi itu Aku masih menunggu Dalam tanda tanya aku berdiam Mungkinkah seikat kembang mawar  Atas namamu-Mu dikirimkan kepadaku Ah...  Aku masih menunggu Dari-Mu Sebuah coklat bertuliskan wo ai ni* Ah...  Sepertinya terlalu lama aku menanti-Mu Tapi...  Apakah Engkau akan datang?  Akupun bertanya Aku terdiam sejenak Perlahan mengangkat waja MenatapMu nanar Di sana Engkau...  Air dan darah mengalir Dari lambung-Mu Memancarkan kasih tanpa batas Aku  Kini tak lagi mengharapkan sepucuk surat dari-Mu Aku Kini tak lagi mau setangkai mawar dari-Mu Aku tahu Engkau adalah kasih Tak tergantikan ole apapun Engkau dan aku  Di hari valentine Aku hanya punya sebatang lilin Memancarkan cahaya Di malam kelam Untuk Engkau dan aku Meski aku ...

Refleksi Mencari Pemimpin

Gambar
  Refleksi Mencari Pemimpin Darvis Tarung, CMF Pesta demokrasi (pemilu) merupakan sebuah pesta rakyat yang diadakan setiap lima tahun sekali. Pada momen ini rakya t memilih pemimpinnya dengan harapan penuh bahwa pemimpin yang dipilih dapat membawa suatu perubahan. Tibalah saatnya, pesta yang rakyat yang ditunggu-tunggu itu sudah di depan mata. Tinggal hitung hari pelaksanaan pemungutan suara, para calon sudah memperkuat bentengnya masing-masing. Kampanye yang telah dilakukan selama ini tentunya mempertajam   visi dan misi dari setiap calon. Bukan hanya elit politik yang sibuk memperkenalkan kandidat, masyarakat pun sudah memasang mata untuk membidik sosok yang mampu memimpin bangsa ini di tahun-tahun mendatang.             Tahun 2024 ini merupakan kesempatan bagi bangsa ini untuk memilih pemimpin baru baik di kursi eksekutif atau di kursi legislatif. Tahun 2024 merupakan ...