Sang Pemburu Jiwa

Aku seorang pemburu jiwa

Aku sedang bertarung merebut jiwa yang hendak keseberang.

Aku menyaksikan tangisan, ratapan juga rintihan.

Aku jatuh pada mereka yang terlanjur dalam siksaan.

IA mengutus aku agar semakin banyak dari mereka kembali,

sebab aku hadir mencari anak yang hilang.

Namun apalah daya

Jiwa harus terbelengguh,

perihku terima,

cambuk harusku hadapi.

DAN

Aku tidak menangis.

Aku tidak gagal.

Aku tidak mengalah.

Aku tidak berteriak dan lari.

Aku tidak marah.

HANYA

Aku bertahan agar mereka selamat.

Aku menghibur para ibu,

agar air mata terbendung.

Aku berjalan kuat walau jatuh tiga kali

agar mereka belajar bagaimana bangkit ketika jatuh.

AKU DENGAR

Mereka teriak dengan gebiar kata khianat.

Mereka teriak; aku sebagai perusak

Aku sebagai penghina

Aku sebagai pendusta

Aku sebagai pengkhianat.

 

TIDAK!!!!!

Aku tidak menjawab atas apa kata mereka

Aku tahu percuma saja.

Hati mereka telah beku oleh rasa benci, amarah, bahkan dusta.

NAMUN

aku ada bukan sebagai pendosa tetapi pendoa

Bukan sebagai pengkhianat tetapi sebagai pemburu jiwa

agar mereka selamat.

Diatas kayu ini tempat jiwaku akan pergi, aku berseru;

Bapa ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.

 

Kupang, 12 Maret 2024

Darvis Tarung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jejak Langkah Raynildis: Perjalanan Dalam Sunyi

Lorong San Juan

Oa