Tukar cincin dengan Tuhan
Mendung di teduh Nunuh Amasat, mengundang rindu
hanya saja tak pernah terungkap oleh kata hanya diam
oleh rasa.
Aku dalam simponi bersama jiwa menyaksikan seni
tentang agungan alam yang terbentang nan menghalau
mata tuk mencuri seni.
Aku dan jiwa yang kerap memaksa,
nyatanya rasa tak dapat memberi kata.
Tentang Amasat,
yang diagungkan oleh dingin dan sejuk,
memaksa jiwa menahan untuk sejenak dalam kata-kata
“aku disini”.
Tentang Amasat
dalam rasa aku pernah hadir
merasakan kehangatan di tengah dingin yang
memporak-porandakan jiwa dan tubuh.
Aku hanya memahami,
tentang Amasat yang pernah meninggalkan rindu.
Tersimpan cerita yang pernah di morat-marit
menghias jiwa yang berharap.
Amasat tempat para pemburu jiwa di tempah,
Amasat telah meninggalkan cinta yang membekas
tentang ziarah sang anak.
Ada bahasa sunyi yang ku dengar, tentang cicin yang
di tukar.
Sempat ku bertanya; kepada siapa?
Nunuh Amasat menjawab; dengan DIA yang memanggilmu ke
sini.
Aku hampir tak percaya dan hanya saja tetap berharap.
Kilas balik kisah Amasat, cerita tentang jiwa yang
menangis, kini terjawab dengan rasa;
Nunuh Amasat; Tukar Cincin dengan Tuhan.
Penikmat Senja
Kupang, 10 April 2024
-darvis_tarung-
Komentar