Postingan

Di bawah Cahaya Senja

Gambar
Aku menyusuri pantai, tempat kisah kita berlabuh. Di sini, di tepi laut yang tak pernah lelah mengulang cerita, aku mengenalnya. Di sinilah aku merasakan jatuhnya rasa, seperti hujan lembut yang turun perlahan dari langit. Selama bertahun-tahun, rasa itu menggema dalam relung jiwa, menyisakan jejak yang dalam, menetes pada pasir putih kenangan. Aku pernah berlabuh dalam janji-janji kata, "Aku tak akan pergi." Namun kata-kata itu seperti pasir, hilang ditelan ombak yang tak pernah henti. Kehilangan Jack membuatku terjaga dalam labirin pertanyaan tentang arti rasa. Apakah rasa hanya sekadar kebersamaan semu, yang kini lenyap bersama hembusan angin? Aku terjerat dalam rasa yang kini semakin memudar, seperti lukisan pudar yang terpapar sinar matahari. Jack, pelindung rasa, kini menjadi bayang-bayang dari rasa saat bersama. Keberadaannya dulu seperti perisai yang melindungi aku dari kesepian. Namun kini, kepergiannya adalah noda dalam kanvas yang tak bisa kuhapus. Perpisahan...

Janji Yang Pergi

Gambar
Malam menari dengan lembut di langit desa, membalut bumi dalam jubah hitam yang tenang. Desa kini kembali dilingkupi keheningan yang menenangkan. Hanya suara radio tua dari rumah bapak RT yang membasuh telinga menemani bincang malam kami. Para bapak berkumpul di pendopo rumah bapak Johan, mendiskusikan siapa yang akan mereka pilih dalam pilkada mendatang. Mereka membicarakan calon-calon yang mempromosikan diri dengan janji-janji manis. Sementara di sudut lain, para ibu melantunkan syair-syair lembut, mengiringi tidur anak-anak mereka dalam damai yang samar. Desa ini, yang sudah berdiri sekian lama, penuh dengan harapan dan impian yang belum juga terwujud. Ingatan penduduk masih segar tentang janji-janji yang diucapkan oleh calon pemimpin yang kini duduk manis di kursi empuk. “Ketika saya menang, apapun kebutuhan dari bapak/ibu sekalian akan saya penuhi,” begitulah janjinya. Tapi, janji-janji itu hanya tinggal kenangan belaka. Kini, harapan-harapan tersebut tinggal menjadi nostalgi...

Oa

Gambar
Senja menarik diri ke pertiwi. Bekas tapaknya tercatat dalam buku harian. Aku yang lelah hari ini, menuai keindahan senja yang pergi. Tak kusadari waktu bersama senja begitu lama. Sederet kisah dan kenangan menghiasi waktu senja yang kini pamit. Aku merenung dalam deretan peristiwa itu, tentang aku yang tak berharga. Aku tak berarti. Dan aku yang kini. Buku refleksi yang aku tulis setiap ujung senja, mengingatkan aku tuk terus mengoreksi diri. Setiap lembaran buku refleksi terlampir rapi, aku yang hari ini. Kini senja kembali mengingatkan aku pada sederetan kisah silam. Refleksi kecil yang aku tulis bersama nostaligia rasa waktu itu. Tak terasa waktunya dua tahun kini teringat kembali dalam sajak-sajak senja. Halaman demi halaman aku buka lembaran refleksi itu. Tiba-tiba aku berhenti pada judul yang sempat aku tulis; Oa . Penasaran mendiami seluruh diri. Ah tulisan apa ini? Batin menggoda untuk lirik lebih jauh. Aku membaca kata demi kata, bait demi bait dan akhirnya satu hal...

Juli Yang Pergi

Gambar
Rehat adalah aku yang kini dan disini. Rehat adalah aku yang menikmati kini di sini. Sepanjang jalan kutenun cerita  Suatu saat nanti kan berkisah lagi. Sepanjang jalan-jalan kerikil  Terlampau ingatan "aku yang akan seperti ini". Langkah memang agak prihatin, Namun doa lebih pasti. Tak dapat pergi sebelum "aku sperti ini". Aku hanya Rehat menarik remah-remah  Aku yang berharap. Ahhhhhh.....coretan ini tak ada maknanya.  Yahhhh.... Aku yang pergi untuk melangkah  Agar aku seperti ini... Juli akan pergi Telah mengisahkan jejak-jejak sejarah.  Dalam naung waktu  Ada sederet mimpi telah dan sedang digapai. Juli akan pergi Waktu dan kisah terus berlanjut. Sebab Juli meninggalkan "Aku yang kini" Waktu mendatang "aku yang seperti ini " Kini Aku yang berharap Dan  Bermimpi  Dalam waktu dan ceritaku. darvis_tarung  Ntaur, 30 Juli 24

Warna-warni Rasa

Gambar
Terukir kisah di lembaran waktu,  Dalam jejak langkah yang tak pernah jemu.  Setiap detik berlalu,  menyimpan cerita tentang cinta, harapan,  dan asa yang membara. Terukir kisah di relung hati,  tentang tawa dan tangis, yang kita jalani.  Dalam pelukan hangat dan senyum tulus, Kita membangun mimpi,  dalam genggaman yang kuat. Di balik senja yang memerah di ufuk barat, Terukir kisah tentang harapan yang tak pernah surut, Dalam setiap pelukan, dalam setiap tatapan, Kita jalin cerita tentang cinta yang abadi. Terukir kisah di bawah langit luas, Di antara bintang-bintang,  yang menyaksikan janji, Dalam setiap doa, dan bisikan lirih, Kisah kita terukir, dalam hati yang tulus mencintai. Dalam buku kehidupan,  terukir kisah kita, Halaman demi halaman,  penuh makna, Dengan tinta cinta, dan warna-warni rasa, Terukir kisah abadi, tentang kita dan Dia. By: Sr. Endang CIJ

JIKA TAK PANTAS

Gambar
Oleh: Maria M. K. Kalang Jika tak pantas  Pergilah Jangan lagi tinggal Hanya untuk disakiti Jika tak pantas Mengapa bertahan?  Dengan luka yang memar Jika tak pantas Untuk apa setia?  Yang pada akhirnya hanya khianat yang tinggal Jika tak pantas Untuknya Jangan lagi sia-siakan baikmu Pergilah Masih ada yang pantas untukmu Dan Kamu pantas Tanpa harus bertahan Tidak ada yang tak pantas Kamu pantas Sekalipun dunia berkata; kamu tak pantas Jakarta, 27 Juli 2024

Dingin; K(s)opi ada di sini

Gambar
Aku ada di sini. Yahhhh. Disini. Dingin menusuk tajam. Seolah bumi kehilangan hangat.  Tak ada percikan sinar surya.  Tak ada tanda hangat menyentuh.  Aku ada disini. Awan berlomba dengan gerimis.  Menyelimuti aku yang ada di sini. Aku dan aku ada disini Menikmati aku yang dingin. Surya seolah-olah lari dari bumi. Terik yang dulu ada seakan tak bersahabat lagi dengan bumi. Aku ada disini.  Menikmati kopi pait , Hilangkan aku yang dalam kedinginan. K(s)opi ada disini.  Ntaur, 24 Juli 2024

Surat (suci) Lee-wuun

Gambar
Tak terdengar suara jangkrik diujung waktu. Sunyi senyap mendiami jiwa para penanti malaikat. Kini tepatnya7 September 96, suara tangisan bayi munggil terdengar di semesta. Sorak riang para penanti, disiap lampin membalut tubuh. Ia cantik bak putri raja, nan munggil. Sunyi itu terbongkar suara riak anak manusia yang menjelajahi semesta. Semesta sambut gembira, menggema di seluruh angkasa tanah Timor. Bukan kebetulan, namun kepastian adalah bahagia menyambutnya. Dibalik tirai yang hampir kusam itu, wajah sang bunda tersenyum lega menghilang perih. Disamping Bunda, tampak wajah ayah membalut senyum lagi haru. “ia cantik seperti bundanya”, kata ayah coba mengoda sang bunda. Dibalik tirai itu kebahagiaan tak terukur dan tak terselami oleh kata bahasa apapun. Ia sang malaikat yang belum tahu dan mengerti sebuah kehadiran, hanya sajak-sajak bunyi yang tak dapat di mengerti oleh semesta. Eaeaeaeaeaeaeaeaeaea……suara itu membubung dikala ia lapar. **** Waktu berlalu begitu cepat. Ta...

Tuhan Minta Belis?

Gambar
Aku baru saja menanggalkan jubah dan belum sempat aku gantung pada lemari sakristi setelah misa minggu sore. Tiba-tiba seorang gadis menjumpaiku. Wajahnya sedikit kebingungan entah apa yang ia pikirkan. Eferrrr....boleh bicara sebentar? Katanya membuka percakapan. Boleh dik...tunggu sebentar ya...Frater beresin ini dulu, adik tunggu di lopo ya... jawabku sambil membentulkan jubah yang barusan hendak aku masukan kedalam lemari. Aku tak habis pikir, tak biasanya orang jumpai aku sehabis misa apalagi dia seorang gadis.  Setelah aku membereskan jubah dan semua perlengkapan misa, aku bergegas menjumpai gadis itu di lopo pastoran. Lopo adalah tempat untuk menerima tamu. Halo dek...bagaimana kabarmu?  Ia seolah-olah kaget dengan kedatanganku. Ahh kak efer...buat kaget saja...maaf efer aku lagi keasikan balas chat WA teman-temanku. Aku kabar baik kak...kalau kakak efer? Tanyanya balik. Yahhh tidak apa-apa, aku kabar baik juga. Jawabku singkat. Maaf ya kak efer, mengang...

Pelukan Senja

Gambar
Ketika senja mengisahkan kembali kisah itu, samudra seolah mengamuk cemburu.  setiap coretan kisah itu pernah membekas yang kini hanya sebuah nostalgia tentang yang lalu.  Aku mulai belajar tentang senja yang selalu mampir dan bahkan terus menciptakan bahasa baru.  Sekian lama aku mengagumi setiap tapak, Aku mulai sadar, aku sang kawanan yang tak berarti.  Senja itu melukiskan rasa kehadiran, Rasa jumpa jua rasa jalan yang panjang tentang: aku yang kini. Menapaki jalan menuju kebahagiaan,  Telah diukir dalam remah-remah; aku sedang jatuh cinta pada senja. Tibalah saatnya senja menghibur  Aku terbangun dan pergi, Sebab senja telah menghantarku sejauh ini. Aku bahagia lagi syukur,  Sebab senja telah menenun sejarahku silam. Aku sang perantau, mencari jiwa yang hilang.  Kini Bersama senja aku menemukannya kembali...... Aku bahagia; tentang senja  Suatu saat senja juga yang mengingatkannya kembali. Aku dalam pelukan senja. Tentang Tab...

Surat dari Lee Wun

Gambar
Terdengar dalam rentetan waktu yang tenang, rasa berani tuk memutuskan pilihan adalah keharusan dan kepastian.  Kini di serambi depan rumah tua ini,  Lee Wun sang gadis yang ku kenal mengirim secarik kertas tentang rasa sebuah pilihan. Tak menunggu waktu lama,  aku bersama hening menikmati setiap isi surat dari Lee Wun itu.   Teruntuk mu, jiwa yang pergi Di  Tempat ternyaman.  Di malam yang hening di bawah langit luas, Terdengar panggilan dari angin yang lembut, Mengajak jiwa yang haus akan makna, Untuk menelusuri jejak kehidupan yang semu. Dalam panggilan itu, ada bisikan rahasia Tentang kebahagiaan yang sejati, Tentang cinta yang abadi, Dan tentang cahaya yang selalu menyinari. Hidup adalah perjalanan tanpa akhir, Penuh dengan liku dan tantangan yang tak terduga, Namun dalam setiap detik yang berlalu, Terdapat makna yang menunggu untuk ditemui. Panggilan itu mengajak untuk merasakan, Setiap momen dengan penuh kesadaran, Menghargai keindahan da...

Dunia (milik) Sang Gadis

Gambar
Aku seakan terasing dari dunia. Hari demi hari yang kulalui seakan meninggalkan jejak-jejak penat, hampa dan asing. Aku berjalan diatas beling-beling kenyataan hidup yang meninggalkan luka dan perih. Keringat dalam kepasrahan, sebuah konsekwensi dari pilihan. Kadang aku tak mengerti dengan dunia yang semakin payah. Banyak jiwa yang kelana menyuusuri sulitnya tapak-tapak ini. Ini sebuah kenyataan yang mengganggu sekaligus merenggut kebahagiaanku. Kini aku berada disimpang pilihan. Merasakan perih untuk menentukan putusan. Tapi kadang aku tidak mengerti, inikah jawaban dari sebuah pilihan awal yang kadang meninggalkan sajak-sajak pertanyaan. *** Semester hidup yang semakin naik menuntut pikiran ekstra lagi dewasa. Aku berada diambang pintu persoalan yang memang aku sendiri harus bertanya seribu kata; apakah semuanya ini? Akhir-akhir ini aku lelah. Bahkan menguras tenaga dengan ketidakpastian jawaban. Tugas kuliah yang semakin bertubi-tubi, belum lagi jumpa dengan ...

Pelukan Waktu

Gambar
Di bawah sinar rembulan yang tenang, Saat malam menutup dunia dengan kelembutan, Kenyamanan sementara datang menghangatkan, Seperti selimut kasih di musim dingin. Angin malam berbisik mesra, Mengiringi nyanyian jangkrik yang setia, Sejenak hening, sejenak damai, Hati yang gelisah mendadak tentram. Dalam pelukan waktu yang singkat ini, Kutemukan kedamaian yang tiada tara, Seperti mimpi yang hadir sesaat, Namun meninggalkan jejak dalam jiwa. Langit malam penuh bintang berkilauan, Menyapa dengan senyum yang menenangkan, Kenyamanan sementara ini, Mengajarkan arti keindahan dalam momen sederhana. Walau kutahu, ini hanyalah sementara, Seperti embun pagi yang menghilang di terik mentari, Ku nikmati setiap detik yang berlalu, Menghargai keindahan dalam keterbatasan waktu. Kenyamanan sementara ini, Adalah anugerah dalam perjalanan hidup, Yang mengingatkan kita akan indahnya, Merasakan tenang meski sejenak saja. Teka-teki rasa menukik sanubari, Membayang kehangatan yang p...

Kepergian Itu Tak Harus Diratapi

Gambar
  Dalam bayang gelap itu, ketakutan memenjarakan jiwa. Raga dan jiwa bergulat dengan kata perintah “saatnya berakhir”. Tak ada alasan bagiku untuk lebih lama lagi. Ini bukan sebuah perusahaan yang harus memperpanjang kotrak kerja. Ini takdir. Ini nyata. Aku seorang yang sedang kelana mencari sang cinta. Di pojok ini aku membaca sekilas cerita gambaran cinta yang membahagiakan itu. ” Enu dan eudaimonia ” sekilas mengenang kisah tentang kebahagiaan sejati. Aku sang penjelajah hati, bersuah dengan jiwa-jiwa yang terbelengguh oleh puitisnya sang senja yang pergi. Jiwa membayang aroma tubuhnya yang sempat aku rasa kalah duduk   bersama. Jabat tangan yang aku anggap biasa itu, melepas kata dalam bahasa penantian. Ia telah mengukir waktu, dalam polesan senyum, dan kini kata “nuk” menjadi alasan tuk kata-kata yang dirangkai indah. Imus dan canda membongkar kata nuk menjadi momang , jauh dalam dengkapan, kini diselimut dalam kata “you only one ” yang tak terjemahkan oleh kata m...

Enu dan Eudaimonia

Gambar
Ditengah kerumunan para pemeluk bahagia, aku mencarinya. Mondar-mandir tuk menemukan wajah yang terekam baik dalam ingatanku. Ia sang pemilik bahagia, dan bahagia itu sendiri. Ia menawarkan kebahagiaan itu dalam kesunyian raga. Tak sengaja aku mengenalnya. Tak sengaja aku mempelajari tentangnya. Sejak rasa jumpa itu, ada kebahagaian kerap kali aku menjumpainya. Inikah rasa? Sekian lama aku bergulat dengan tanya ini. Dirinya. Puitisnya. Syair-syair bahagianya. Malam kali kedua adalah kesempatanku tuk jumpa dengannya, setelah malam cahaya lilin itu. Sempat aku dengar, ia datang ke festival ini, ada panggung khusus untuk mereka dan groupnya. Ia berbakat. Anggun dan bersahabat. Entahlah kenapa aku harus mengiventaris tentangnya? Ini hanya rasa. Aku mencarinya dan belum ditemukan juga. Hanya kebahagiaan mereka yang lain ku temukan di sini. Tentang mereka yang menikmati nostalgia lagu-lagu gebiar jiwa. Aku henti sejenak mencari sang bahagia. Hanya mata yang lirik menuju sel...

Maria(ku)

Gambar
Tatapan syaduh waktu itu. Membuat jiwa kelana mencari tenang.  Munggil senyummu menawan dan hanyut dalam pori-pori bahagia. Beruntungnya aku, menatapmu dalam sela-sela curi wajahmu dipandang ku. Aku sang pengagum rasa, Menemukan jiwa yang hilang dibalik senyummu yang pesona itu. Aku bahagia tak terukur  untuk sebuah rasa jumpa di sudut-sudut keheningan batin. Aku menemukan jawaban untuk sebuah ziarah, Tentang masaku dan rasaku bersama hatimu. Aku mendarat pada hatimu yang tak tersentuh noda. Aku lelap tak bangun. Disana ada kenyamanan yang membuat aku lupa jalan pulang.  Aku sang pencari cinta  Menemukan cinta sejatiku Di dalam hati mu. Namamu adalah Maria(ku). darvis_tarung  8 Juni 2024 Pesta Hati Maria.

Nama Gadis itu…

Gambar
  Nama Gadis itu… Semesta yang berbeda. Kicauan merpati memberi sorak pada semesta. Kodok-kodok dengan paduan suara memecahkan kesunyian semesta. Di sudut lereng bukit itu terpancar keelokan semesta yang masih perawan. Tanpa polusi. Tanpa lalulintas. Tanpa riuh bel bandara atau pelabuhan atau terminal atau pasar. Tanpa aroma limbah. Tanpa kebisingan. Serba kesunyian yang melahirkan kepolosan jiwa. Disana ada kepenuhan dahaga, yang selalu rindu dunia kesunyian. Disana hanya ada jiwa yang selalu mengagumi semesta. Di semesta itu, ada jiwa yang bernama sang gadis. Sosok gadis itu memesonakan mata Para Adam. Anggun. Polos. Seadanya. Dan tak berbisa. Pada jamannya, sang gadis kadang tak diperhitungan pendapatnya. Walaupun apa yang dikatakannya adalah benar. Namun gadis ini berbeda dengan gadis yang lain. Ia berlaku sopan atas ajaran sang ayah dan bundanya. Penuh perhatian, penuh kehati-hatian, dan sepenuh hati menjalankan tugasnya. Ia tak mencuri pandang kepada para Adam, walau para...

Kenapa Harus Engkau?

Gambar
Kenapa harus engkau? Pertanyaan yang selalu mengebu dalam hatiku, Saat engkau harus pergi tuk selamanya. Betapa sulit aku menerimanya. Tangisan yang tak terbendung. Jiwa yang meratap. Raga yang lemah. Hati berkeping-keping merana. Aku mengenalmu sejak di rahim bunda. Aku bersama ayah mempersiapkan kedatanganmu. Tapi kini....engkau pamit tuk pergi menuju Firdaus bahagia selamanya. Aku tanya pada mama; kenapa secepat ini? Mama dalam bahasa diam, mengisahkan senang saat engkau lahir namun sakit saat engkau pergi. Aku dalam kesendirian mengharapkan wajah dan bayangmu. Cantik senyummu menusuk nubari harapan ku tuk bertemu.  Aku di sini dalam gelisah dan raga membentang sunyi.....aku merindukanmu. Andai engkau tahu, betapa ayah bahagia dengan kehadiranmu.  Tangisan kecilmu memecahkan kesunyian semesta, bahagia, tak ada air mata. Tapi....... Kenapa sukacita itu berubah dukacita? Kepergianmu meninggalkan sunyi bagi semesta. Tak ada tawa, tak ada gebiar sambut sang ayah.......

Mempelai Sang Suci

Gambar
  Tak pernah aku bayangkan ada di sini. Dalam anganku hanya memendam tanya; kemanakah aku akan pergi? Sekian tanya dalam sunyi mengusik keheningan di bukit biara. Menuntut jawaban yang kadang tak pasti, membuat aku harus larut dalam penantian. Aku sadar, tahu dan mau akan jalan ini. Memang agak beda, namun pasti menuju Firdaus bahagia. Aku tahu identitasku. Aku tahu pilihanku. Aku tahu konsekwensi dibalik janji itu. Murni, taat dan miskin adalah bagian yang tak terlepaskan dari janji itu. Itulah, yang selalu aku pegang dalam hidupku. Tergiang dalam benakku; “Tidak ada tempat untuk meletakkan kepala”. Ahhhh. Inilah konsekwensi. Kemana? Aku tidak tahu. Tahun 2020 yang lalu, penantianku yang panjang kini terjawab. Bahasa penantian yang diam tanpa kata itu, terungkap dalam selembar surat perutusan. Kini tugas baru aku terima. Namun yang pasti kata-kata utusan, yang diselimuti dengan spirit pengharapan dari sang pemimpin, meninggalkan bahasa sunyi dan di ungkap untuk menjawab YA dan...

Nyaman dipelukanNya bukan pelukannya.

Gambar
T elah jauh aku menyusuri jalan ini. Cadas dan terik menembus dinding jiwa yang berharap. Berapa jauh dan seberapa dalam tak kuhitung. Dalam benakku nostalgia tentangmu tergesit rapi. Kini antara senja dan jiwa gelisah, menuntut tanya. Aku dalam buram bayangmu, menemukan jawaban pasti. Namun tidak. Hempasan ombak menerjang karang, badai menghantam layar kapal jelajah dalam samudra yang luas, kini ku bertanya; dimanakah jiwa akan berlabuh? Tentangmu, teringat akan nostalgia. Sebuah kertas putih dimana jarimu pernah menari diatasnya. “ Dengan rasa ” katamu waktu itu, engkau mencairkan hati penantianmu. Dalam bahasa penantian itu, jiwamu melayang menuntut kepastian, nana aku momang ite. Sekian lama aku memendam kata-katamu dalam kertas putih yang kini kecoklatan itu. Usang. Yah. Itulah sebuah konsekwensi menyimpan lama kenangan. Semenjak enu menentukan pilihan, hanya selembar senyum yang tak terbahasakan dalam kata. Diammu dan senyummu mewakili kata, Nana saya akan pergi . Dalam ke...