Kenapa Harus Engkau?
Kenapa harus engkau?
Pertanyaan yang selalu mengebu dalam hatiku, Saat engkau harus pergi tuk selamanya. Betapa sulit aku menerimanya. Tangisan yang tak terbendung. Jiwa yang meratap. Raga yang lemah. Hati berkeping-keping merana.
Aku mengenalmu sejak di rahim bunda.
Aku bersama ayah mempersiapkan kedatanganmu. Tapi kini....engkau pamit tuk pergi menuju Firdaus bahagia selamanya.
Aku tanya pada mama; kenapa secepat ini?
Mama dalam bahasa diam, mengisahkan senang saat engkau lahir namun sakit saat engkau pergi.
Aku dalam kesendirian mengharapkan wajah dan bayangmu. Cantik senyummu menusuk nubari harapan ku tuk bertemu.
Aku di sini dalam gelisah dan raga membentang sunyi.....aku merindukanmu.
Andai engkau tahu, betapa ayah bahagia dengan kehadiranmu. Tangisan kecilmu memecahkan kesunyian semesta, bahagia, tak ada air mata.
Tapi.......
Kenapa sukacita itu berubah dukacita?
Kepergianmu meninggalkan sunyi bagi semesta. Tak ada tawa, tak ada gebiar sambut sang ayah....hanya ratapan menemani sunyi di hari kepergianmu.
Aku marah kepada semesta.
Kenapa harus engkau?
Betapa aku mengharapkan untuk menjadi yang terbaik bagimu. Aku pernah berjanji tuk menjadi sulung tuk menuntunmu.
Aku belum tanggung jawab dengan janjiku.
Namun engkau harus pergi dan tak tagih janjiku.
Cantikku, aku merindukanmu. Bahagialah disana. Senyumlah tuk mama dan papa.
Cantikku aku merindukanmu.
(Tulisan pendek ini sebuah permenungan dari seorang mahasiswi yang sedang sedih atas kehilangan adiknya beberapa bulan yang lalu. Semoga dia bahagia bahagia bersama orang kudus di surga).
Komentar