Di bawah Cahaya Senja

Aku menyusuri pantai, tempat kisah kita berlabuh. Di sini, di tepi laut yang tak pernah lelah mengulang cerita, aku mengenalnya. Di sinilah aku merasakan jatuhnya rasa, seperti hujan lembut yang turun perlahan dari langit. Selama bertahun-tahun, rasa itu menggema dalam relung jiwa, menyisakan jejak yang dalam, menetes pada pasir putih kenangan.

Aku pernah berlabuh dalam janji-janji kata, "Aku tak akan pergi." Namun kata-kata itu seperti pasir, hilang ditelan ombak yang tak pernah henti. Kehilangan Jack membuatku terjaga dalam labirin pertanyaan tentang arti rasa. Apakah rasa hanya sekadar kebersamaan semu, yang kini lenyap bersama hembusan angin? Aku terjerat dalam rasa yang kini semakin memudar, seperti lukisan pudar yang terpapar sinar matahari.

Jack, pelindung rasa, kini menjadi bayang-bayang dari rasa saat bersama. Keberadaannya dulu seperti perisai yang melindungi aku dari kesepian. Namun kini, kepergiannya adalah noda dalam kanvas yang tak bisa kuhapus. Perpisahan ini dimulai dengan sederhana, seperti daun yang jatuh tanpa suara. Aku mengantarnya ke bandara, menganggapnya sebagai perpisahan biasa. Namun setelah ia melambaikan tangan, menghilang di bawah tiupan angin, aku merasa seolah dunia ini bukan milikku lagi.

Motor yang ku kendarai, kini menjadi saksi bisu dari kesedihanku. Mesin itu seperti berteriak agar aku tetap fokus, tetapi pikiranku melayang, terjerat dalam kekosongan. Ah, racun apa yang membuatku harus merasakan ini? Jack, yang selalu ada dalam hari-hariku, kini membayang di setiap sudut pandangku. Namun kenyataan menamparku dengan dingin—ia tiada lagi di sini.

Inilah rasa. Aku kehilangan seseorang yang tak pernah aku bayangkan akan hilang. Meskipun dunia ini telah berubah, dan meskipun aku terpuruk dalam kekosongan, ada keinginan aneh yang tetap membara dalam hatiku. Aku ingin bersamanya lagi, meskipun aku tahu bahwa harapan itu hanyalah ilusi di balik tirai waktu.

Dan di bawah cahaya senja yang lembut, aku berjanji pada diriku sendiri. Aku akan menyimpan rasa ini seperti harta karun, meski ia hanya tinggal kenangan. Aku akan terus menyusuri pantai ini, menanti hari di mana mungkin, hanya mungkin, aku bisa merasakan kembali kehadiran Jack dalam gelombang yang tak pernah berhenti.

Cerita ini merupakan sebuah olahan atas sharing dari seorang teman. Ia mengalami kehilangan dari orang yang selalu mendukungnya.

 

darvis_tarung

Kupang, 30 Agustus 2024

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jejak Langkah Raynildis: Perjalanan Dalam Sunyi

Lorong San Juan

Oa