Postingan

Anakku Sayang

Gambar
Malam itu.  Kau tidak tahu...  Dinginya gelap... Bertaburan tangisan si kecil tak mampu mengomel.  Hanya ea... Ea.... Ea ea... Yang terdengar tanpa rotasi not.  Seandainya ia mampu berkata....  Pasti ia ngomel pada sang bunda; .... Ma... Kenapa aku dilahirkan dikandang????  Ma.... Aku ini manusia.. Tidakkah ada tempat yang baik untuk ku???!  Ma.. Disini ada sapi. Domba. Kambing.  Tegahnya mama... Hadirkan saya... Di tempat ini....  Namun sang ibu maklum.  Inilah awal. Lahir di kandang.  Ahhhhh Nak.... Kamu dilahirkan disini demi kawan-kawanmu yang hina.  Terpinggirkan.  Miskin.  Seandainya kau lahir di rumah sakit....  Tak ada yang miskin menemuimu.  Tak ada uang. Atau apapun.  Mereka menjenguk mu di kandang karena tanpa bayaran.  Jika ku lahir di rumah mewah. Tak seorang pun datang karena mereka berpikir mereka kotor dan tak layak....   Anakku sayang.  Biarkan mereka men...

Rindu Dari Rambu

Gambar
  Desember hampir pamit dalam jejak-jejak langkah. Kisah yang dirajutnya pun dihias dalam dekorasi penantian. Tak seorang pun tahu bagaimana dan seperti apa setelahnya, namun yang pasti memori tuk mengingat tak pernah kusam bahkan lenyap. Aku seorang penjelajah penemu cinta, yang membuat aku larut dalam penantian. Aku seorang   pemburu senja yang hampir lenyap dalam dekapan pertiwi. Aku seorang pendiam yang senang menikmati sunyi. Dan dalam sunyi itu aku menemukan kata-kata sunyi yang menjadikannya bahasa penantian. Sore itu, aku menjelajah sebuah kota yang riuh dengan sorak.   Aku hampir tak mampu   mendengar rintihan para pengharap yang sedang berserah. Sorak di kota itu melumpuhkan jejak-jejak kesunyian yang aku bungkus dalam balutan rindu. Aku pun harus lari mencari sunyi. Ku lanjutkan langkah menuju sebuah rumah sunyi. Di sana aku   melepaskan segala bawaanku, dan aku mulai bersahabat dengan cerita, sunyi, penantian, harapan dan kisah. Di ujung sana dek...

Seruling Rindu

Gambar
Aku dalam menikmati sunyi, diantara gema rindu. Aku dalam harapan yang penuh penantian, terpesona oleh bibir para kekasih yang terus menanti sang kekasih. Di ujung sunyi ini, kudengar lantunan rindu ditemani seruling dan perasaan ‘aku menantimu’. Wajahmu yang sempat aku curi di ujung kisah, membuat aku teduh di bawah pohon penantian. Seruling rindu terus berkumandang, suara penantian tak putus di telan senja. Aku bersama serulingku terus menantimu di Desember ini. *** Inginku gengam tanganmu dan mencuri bayangmu. Namun aku harus melepaskan anganku. Cerita sore lalu, mengundang tanyaku; siapakah aku dalam bayangmu? Belum sempat bersuara, aku ditampar oleh kata-katamu. ‘aku sedang mengharapmu”. Aku diam seribu bahasa soal harapan yang penuh dalam penantian. Entahlah kenapa harus mengusik jejak pikiranku oleh katamu. Sekian menit kubuang waktu untuk mendengarmu, aku belum paham juga maksudmu. Seuntaian doamu malam itu, membuat riuh-sorak cemara di halaman rumah. Angsono yang...

dari Enu untuk Nana

Gambar
  dari Enu untuk Nana darvis_tarung Nostalgia Rindu, Agustus 23 Teruntuk Nara Jack. di Ruang Rindu.  Nana… Sekian cerita pernah kita gores dalam dalam perasaan momang. Pengalaman indah yang nana ukir di ruang hatinya enu dalam membekas. Nana pernah menyimpan kisah yang mendalam bersama enu dan enu sendiri merasakan momang yang sangat mengesankan itu. Ada bersama nana seperti cerita senja yang tak pernah hilang dari bayangan enu. Pernah nana mengungkapkan kisah momang dengan enu dan enu sendiri tenggelam dalam lautan momang dari nana. Nana pernah berjanji untuk tidak meninggalkan enu dalam situasi apapun entah terik kota karang menghanguskan jejak-jejak cerita momang dari nana. Nana selalu membuat hati enu selalu tertawa walaupun enu sering dalam tengelam rindu yang berat. Wajah nana tergiang dalam ingatan enu dan tak pernah pudar dihapus kisah harian enu dan pudar dalam senja rindu. Semua cerita dan kenangan itu sangatlah indah bersama nana. Namun……..cerita itu hilang se...

Dilema Cinta

Gambar
  By.  Fr. Bernard My Di dalam hening malam, aku duduk sendiri di pinggir pantai yang sepi. Berusaha merenungi hati dan menenangkan pikiranku. Aku merenungkan kisah cintaku yang terjebak di antara dua pilihan yang sulit. Di satu sisi, ada dia yang selalu membuatku bahagia dan selalu berada di sisiku. Aku menyayanginya dan ingin menghabiskan sisa hidupku bersamanya. Namun, di sisi lain, ada keinginan dan ambisi besar yang terus menggelitik hatiku. Aku tahu aku tidak bisa memilih kedua hal itu, aku harus memutuskan antara cinta dan keinginan. Aku merenung dan memutar otakku, tetapi tetap saja tidak menemukan solusinya. Aku terjebak dalam kebingungan dan ketidakpastian. Tiba-tiba, sebuah angin kencang menerpa wajahku. Aku merasa sedikit terusik namun tetap terdiam di tempat. Kemudian, dengan tiba-tiba, sebuah bayangan muncul di hadapanku. Bayangan yang menenangkan dan membebaskan. Itu adalah dia, cinta sejatiku. Dia dudu...

Mencari Kepastian, Merelakan Kehilangan

Gambar
  By: Fr. Bernard My   Langit senja yang memerah memantulkan warna-warni indah di sekelilingnya. Terlihat seperti ada yang berubah dari dalam diri T io saat ia menatapnya. Setahun lalu, ia masih bisa melihat keindahan ini bersama Talia , kekasihnya yang sekarang telah pergi meninggalkannya. Mereka telah berpisah setelah Talia memutuskan untuk pindah ke kota lain demi karirnya. Namun, perpisahan itu seakan tidak memberi kepastian pada Talia. Tio tidak bisa menjamin untuk menunggunya dan memutuskan untuk memulai kisah baru dengan hidup baru. Sementara Talia, meskipun sudah berusaha mengikhlaskan kepergian Tio, masih belum bisa melepaskan perasaannya padanya. Mencari kepastian yang ia butuhkan, Tio merelakan Talia dan cinta mereka yang terhenti. Ia merelakan kebahagiaan yang sebenarnya hanya sebatas bayangan belaka. Kehilangan kekasihnya itu, baginya, seperti kehilangan dirinya sendiri. Tapi Tio sadar, kehilangan itu membuatnya belajar tentang arti mencintai dan merelaka...

Perempuan Sumber Dosa?

Gambar
       Kukenang waktu itu. Cahaya pagi belum menembus semesta seluruhnya. Adalah tugasku setiap pagi mengunjungi rumah tua yang hampir tidak banyak peminat untuk datang. Jika aku perhatikan, orang-orang berbondong pada hari Minggu namun pada hari lain tidak. Aku bertanya pada seorang bapak yang setia datang setiap pagi; Kemanakah yang lain? “Wahhh mereka pada sibuk. Mereka pagi-pagi pergi kerja. Tidak ada waktu bagi mereka untuk mampir ke rumah ini” . Jujur Bapak itu. Lalu bagaimana dengan Bapak? Balasku. “Yahhhh, sebenarnya juga aku banyak pekerjaan dan harus buru-buru menyelesaikan tugasku. Tapi aku harus mampir dulu di rumah ini. Menjadi kebiasaan bagiku untuk tiap pagi datang walaupun penuh kesibukan. Saya harus menimbah semangat di tempat ini. Biarpun usang dan kelihatannya sudah tua tetapi kekuatan yang dasyat aku peroleh dari rumah ini. Pemiliknya memberiku banyak hal. Terbukti usiaku sudah semakin menua tetapi tetap kuat, usia perkawinan kami sudah ...

Perempuan Dalam Doa

Gambar
Malam dihiasi cahaya lilin di depan arca Sang Bunda. Aku termenung melihat sosok Perempuan yang duduk di ujung taman doa. Dalam keheningan tak terdengar kata-kata. Tanpa suara. Dan hanya air mata yang memberi kesaksian. Entah apa yang sedang dihadapi oleh Perempuan itu. Yang ku tahu ia sedang bersujud dalam kepasrahan dan mengharapkan bantuan. Berapa lama ia di sini? Tanyaku demi kepastian. Aku tertuju pada cahaya lilin di depan arca Sang Bunda. Tampak ku lihat dari cahaya itu sebuah tanda pengharapan. Pengharapan dalam kesunyian. Tak ada suara disini. Hanya cahaya ditemani air mata yang membuat aku bertanya; Siapakah dia? Perempuan itu menarik nafas dalam kepasrahan kepada Sang Bunda. Kata-kata sunyi yang diungkapkan dengan air mata tanda suasana hati.   Entah beban apa yang sedang ia alami, tapi yang pasti ia sedang berlabuh dalam kesunyian bersama air mata pasrah. Hari-hari aku ketempat ini. Banyak orang yang aku jumpai datang bersama sahabat mereka. Sembari menggengam er...

Tuhan Membayar Belis

Gambar
Entah berapa lama aku tunggu dalam penantian. Menunggu kepastian yang tak pernah muncul walau penuh harapan. Sekian lama tak terbilang waktu yang aku lalui dalam penantian. “Tidak, papa tidak setuju!”. Kata-kata yang menusuk sanubariku di ujung senja, saat surya pamit ke rahim pertiwi. Mengapa? tanyaku dalam diam. Air mata yang memberiku jawaban. Sekian lama aku bergulat dengan perasaan untuk sebuah pilihan namun tak ada jawaban. Aku ingin berkerudung putih laksana malaikat itu. Entah mengapa aku ingin jadi suster? tapi……Jawaban yang sama setiap kali aku mengungkit kisah dan ceritaku dihadapan papa dan mama. “Tidak, papa tidak setuju!” .   Sekian lama aku merayu namun tak kunjung luluh. Papa mati-matian tidak setuju dengan pilihanku. Karena apa? Belis? Atau…..? Mama hanya diam memahami isi hatiku. Tak ada kata yang diungkapkan olehnya namun air mata pertanda hati seorang ibu memahami anaknya. Itulah yang selalu aku perhatikan saat aku harus bertarung menyampaikan pilihanku d...