Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2024

Nama Gadis itu…

Gambar
  Nama Gadis itu… Semesta yang berbeda. Kicauan merpati memberi sorak pada semesta. Kodok-kodok dengan paduan suara memecahkan kesunyian semesta. Di sudut lereng bukit itu terpancar keelokan semesta yang masih perawan. Tanpa polusi. Tanpa lalulintas. Tanpa riuh bel bandara atau pelabuhan atau terminal atau pasar. Tanpa aroma limbah. Tanpa kebisingan. Serba kesunyian yang melahirkan kepolosan jiwa. Disana ada kepenuhan dahaga, yang selalu rindu dunia kesunyian. Disana hanya ada jiwa yang selalu mengagumi semesta. Di semesta itu, ada jiwa yang bernama sang gadis. Sosok gadis itu memesonakan mata Para Adam. Anggun. Polos. Seadanya. Dan tak berbisa. Pada jamannya, sang gadis kadang tak diperhitungan pendapatnya. Walaupun apa yang dikatakannya adalah benar. Namun gadis ini berbeda dengan gadis yang lain. Ia berlaku sopan atas ajaran sang ayah dan bundanya. Penuh perhatian, penuh kehati-hatian, dan sepenuh hati menjalankan tugasnya. Ia tak mencuri pandang kepada para Adam, walau para...

Kenapa Harus Engkau?

Gambar
Kenapa harus engkau? Pertanyaan yang selalu mengebu dalam hatiku, Saat engkau harus pergi tuk selamanya. Betapa sulit aku menerimanya. Tangisan yang tak terbendung. Jiwa yang meratap. Raga yang lemah. Hati berkeping-keping merana. Aku mengenalmu sejak di rahim bunda. Aku bersama ayah mempersiapkan kedatanganmu. Tapi kini....engkau pamit tuk pergi menuju Firdaus bahagia selamanya. Aku tanya pada mama; kenapa secepat ini? Mama dalam bahasa diam, mengisahkan senang saat engkau lahir namun sakit saat engkau pergi. Aku dalam kesendirian mengharapkan wajah dan bayangmu. Cantik senyummu menusuk nubari harapan ku tuk bertemu.  Aku di sini dalam gelisah dan raga membentang sunyi.....aku merindukanmu. Andai engkau tahu, betapa ayah bahagia dengan kehadiranmu.  Tangisan kecilmu memecahkan kesunyian semesta, bahagia, tak ada air mata. Tapi....... Kenapa sukacita itu berubah dukacita? Kepergianmu meninggalkan sunyi bagi semesta. Tak ada tawa, tak ada gebiar sambut sang ayah.......

Mempelai Sang Suci

Gambar
  Tak pernah aku bayangkan ada di sini. Dalam anganku hanya memendam tanya; kemanakah aku akan pergi? Sekian tanya dalam sunyi mengusik keheningan di bukit biara. Menuntut jawaban yang kadang tak pasti, membuat aku harus larut dalam penantian. Aku sadar, tahu dan mau akan jalan ini. Memang agak beda, namun pasti menuju Firdaus bahagia. Aku tahu identitasku. Aku tahu pilihanku. Aku tahu konsekwensi dibalik janji itu. Murni, taat dan miskin adalah bagian yang tak terlepaskan dari janji itu. Itulah, yang selalu aku pegang dalam hidupku. Tergiang dalam benakku; “Tidak ada tempat untuk meletakkan kepala”. Ahhhh. Inilah konsekwensi. Kemana? Aku tidak tahu. Tahun 2020 yang lalu, penantianku yang panjang kini terjawab. Bahasa penantian yang diam tanpa kata itu, terungkap dalam selembar surat perutusan. Kini tugas baru aku terima. Namun yang pasti kata-kata utusan, yang diselimuti dengan spirit pengharapan dari sang pemimpin, meninggalkan bahasa sunyi dan di ungkap untuk menjawab YA dan...

Nyaman dipelukanNya bukan pelukannya.

Gambar
T elah jauh aku menyusuri jalan ini. Cadas dan terik menembus dinding jiwa yang berharap. Berapa jauh dan seberapa dalam tak kuhitung. Dalam benakku nostalgia tentangmu tergesit rapi. Kini antara senja dan jiwa gelisah, menuntut tanya. Aku dalam buram bayangmu, menemukan jawaban pasti. Namun tidak. Hempasan ombak menerjang karang, badai menghantam layar kapal jelajah dalam samudra yang luas, kini ku bertanya; dimanakah jiwa akan berlabuh? Tentangmu, teringat akan nostalgia. Sebuah kertas putih dimana jarimu pernah menari diatasnya. “ Dengan rasa ” katamu waktu itu, engkau mencairkan hati penantianmu. Dalam bahasa penantian itu, jiwamu melayang menuntut kepastian, nana aku momang ite. Sekian lama aku memendam kata-katamu dalam kertas putih yang kini kecoklatan itu. Usang. Yah. Itulah sebuah konsekwensi menyimpan lama kenangan. Semenjak enu menentukan pilihan, hanya selembar senyum yang tak terbahasakan dalam kata. Diammu dan senyummu mewakili kata, Nana saya akan pergi . Dalam ke...

Aku dan Kamu, Milik SANG ADA

Gambar
By. Sr. Hendriana Liwun, CIJ   Saat suara itu memanggilmu  kutahu itu suara Sang Khalik. Ketika engkau menanggapiNya,  kuyakin itu misteri kasih. Pabila hatimu bergetar untuk berlangkah bersamaNya, kutahu pasti engkau seorang pemberani,  meski tapakmu gemetar dikala engkau menggenggam tanganNya,  ku percaya engkau hebat dan…. kini tanganmu dan tanganku digenggamNya  untuk terus berlangkah dua sahabat sedang bertapak di jalan indah,  meski penuh duri. Senyummu tersungging di pelataran kampus,  menyapaku penuh kasih, Kutahu langkahmu dan langkahku satu jua di jalan berbatu Ajakanmu untuk memandang jauh ke depan,  membuatku kuat Ramahnya sapaanmu menepiskan duka  karena tak ada sahabat senasib Kini, engkau dan aku milikNya dan milik semesta Langkahmu dan langkahku tergores di benak serikat, Sebab engkau dan aku diutus untuk dunia Sahabat,… Kekudusan menjadi tolok ukur hidup kita, Ketaatan menjadi jaminan keberhasilan,...