Natal dan Surat dari Maria
Teruntukmu
Nanaku,
Di ruang rinduku.
Selamat natal dan tahun baru. Doaku semoga nana baik-baik saja. Maaf kalau surat ini mengganggu keadaanmu. Namun inilah satu-satunya cara dari enu tuk sampaikan salam natalku untuk nana.
Dulu, setiap detik yang kita lewati bersama adalah sebuah keajaiban. Aku ingat betul saat matamu pertama kali bertemu mataku, saat itu juga seolah dunia berhenti berputar. Hanya ada kita berdua dalam ruang yang sepi, saling menyatu dalam diam. Semua yang kita rasakan waktu itu tak terucap, hanya bisa dirasakan dalam setiap detakan jantung kita yang tak terpisahkan. Malam natal kali ini telah membawa kabar tentang kisah kita dimasa silam. Sebuah harapan dan cita-cita yang tidak pernah terungkap dengan kata namun terbayang dalam rasa.
Kini, ketika aku mengenang kita, aku merasa seperti berada dalam mimpi yang begitu indah, yang sayangnya, waktu harus membawanya pergi. Namun kenangan kita tetap hidup, abadi, dan tak pernah luntur meskipun hari-hari kita kini berbeda. Aku sering teringat tawa lembutmu, saat kita duduk berdua di bawah bintang, berbicara tentang masa depan yang penuh harapan. Setiap kata yang keluar dari mulutmu adalah janji yang tak terucapkan, yang masih terngiang di telingaku, dan tak pernah benar-benar hilang.
Aku tahu, kita telah melewati banyak hal—tawa, air mata, kebahagiaan, dan kesedihan—semuanya menjadi bagian dari kita. Tapi ada satu hal yang tak akan pernah berubah, yaitu rasa ini, yang selalu ada, walau waktu memisahkan kita. Nana adalah bagian dari hidupku yang tak bisa ku lepaskan, meski jarak dan waktu mencoba membuat kita jauh. Aku masih bisa merasakan kehangatan tanganmu, pelukanmu yang dulu menyelimuti hatiku, dan kata-kata lembutmu yang selalu membuatku merasa pulang.
Kini kita jauh, tetapi kenangan itu tetap akan ada, mengingatkan kita bahwa ada saat-saat indah yang kita bangun bersama. Bahkan ketika air mata mengalir, aku tahu, itu adalah air mata yang mengingatkan kita tentang betapa berharganya setiap momen yang pernah ada di antara kita. Aku akan selalu merindukanmu, seperti aku merindukan setiap detik yang telah kita lalui bersama.
Tahun ini, saat Natal dan Tahun Baru datang, ada perasaan yang membekas dalam hatiku. Aku duduk sendiri di teras, menatap lampu-lampu Natal yang berkelap-kelip. Ada sesuatu yang berbeda, meskipun dunia seolah bergulir seperti biasa. Ada bayanganmu yang melintas di setiap detik yang aku lewati. Seperti halnya malam Natal yang hening, kita dulu selalu berbicara tentang impian kita, tentang masa depan yang cerah. Kini, semua itu hanya menjadi kenangan.
Aku menyadari, meski waktu terus berlalu, kenangan tentang kita tetap ada. Aku masih merasakan hangatnya perasaan itu, seolah ada sesuatu yang mengikat kita, bahkan ketika fisik kita terpisah. Momen-momen kecil yang kita lewati—seperti saat kita berjalan bersama di bawah hujan salju, atau ketika kita duduk di sofa, menikmati cokelat panas, dan mendengarkan lagu Natal—semua itu tetap hidup dalam hatiku.
Aku tahu, kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Tetapi aku juga tahu, bahwa setiap kenangan itu akan terus ada. Seperti pelangi yang muncul di senja Natal, yang mungkin akan menghilang oleh gelapnya malam, namun keindahannya tetap meninggalkan jejak. Begitu juga dengan kita. Meski kita kini terpisah, rasa itu tetap ada.
Aku menatap jam yang berdetak, menghitung detik menuju Tahun Baru. Setiap detik yang berlalu membawa kenangan itu lebih dekat. Tak ada lagi kata-kata, hanya keheningan yang mengisi ruang antara kita. Namun di balik keheningan itu, aku tahu, kita pernah memiliki segalanya.
Aku menutup mataku dan membiarkan angin malam Natal membelai wajahku. Tiba-tiba, aku merasa seolah Nana ada di sini, tepat di sampingku. Kita mungkin tidak lagi berada dalam ruang yang sama, namun kenangan kita akan tetap hidup, mengisi setiap Tahun Baru yang datang.
Keajaiban Natal dan Tahun Baru kini bukanlah tentang harapan yang terucap, melainkan tentang kenangan yang terukir dalam hati, abadi dan tak tergantikan. Meski waktu dan jarak memisahkan kita, kenangan itu akan selalu menjadi bagian dari kita, kini dan di sini.
Semangat selalu dalam panggilanmu, biarlah waktu yang kita lalui menjadi kronos dan kairos yang membahagiakan di akhir jalan ini. Mungkin tak ada ruang untuk bersama, dan itu mustahil, tapi yakinlah doa menjadi jawaban dari kerinduan ini. Sepucuk surat natal ini, menggantikan rasa yang ada, tentang kenangan yang pernah terungkap. Doaku mengiring jalanmu, sebab kita seorang peziarah harapan.
Sahabatmu
Enu Maria
Kupang, 3 Januari 2024
Komentar