Limabelas November
Limabelas November, tahun yang tak
pernah terlewatkan dalam sejarah hidupku. Sebuah tanggal yang terpatri di
langit dan bumi, sebagai saksi bisu kelahiran seorang anak yang dibalut dalam
kasih sayang kedua orang tua. Di bawah sinar mentari yang perlahan naik ke
puncak, kehidupan baru dimulai. Nunuh Amasat, tanah yang sunyi, menjadi saksi
pertama di mana harapan dan doa disematkan dalam setiap nafas yang terhembus.
Ibu… suara lembutnya selalu memenuhi
angkasa, bergetar dalam setiap bait-bait penantian. Suaranya seperti melodi
yang tak bisa terucapkan dengan kata-kata, hanya dapat dirasakan melalui getar
jiwa yang dalam. Di saat itu, bumi bersorak riang, menunggu sang anak hadir,
menanti janji yang telah lama terucap. Ayah, dengan wajah penuh kebahagiaan, menyanyikan
kidung sukacita, menggetarkan setiap bagian dari semesta yang mendengar.
Sementara Ibu, dengan senyum yang tak terkatakan, memadahkan lagu gembira,
menyambut kehadiran malaikat kecil yang akan mengisi ruang hidup mereka.
**
Dua puluh tahun telah berlalu. Dunia
berubah, namun kisah cinta orang tua kami tetap terukir abadi dalam langkahku.
Di setiap jejak yang kulalui, aku menemukan bayangan mereka—mama yang selalu
ada, dan ayah yang tak pernah menuntut apa-apa selain cinta. Aku berjalan,
dalam setiap langkah yang mengingatkanku pada mereka, pada pengorbanan yang
mereka beri tanpa syarat.
Di tengah kesesakan hidup, pundak Ayah
adalah tempatku bersandar. Tak pernah lelah ia memberi kekuatan, meskipun dalam
diamnya aku tahu hatinya penuh dengan luka yang tak terucapkan. Ayah, dengan
sabarnya, mengajarkanku bahwa cinta bukanlah tentang memberi segalanya, tetapi
tentang memberi dengan ketulusan.
Namun yang paling mengena, adalah
kata-kata Mama yang terpatri dalam jiwa. Suatu kali, aku pernah mengucapkan kata-kata
penuh amarah, melukai hatinya tanpa sadar. Saat itu, aku merasa seakan dunia
tak adil, dan Mama yang selalu membimbingku seolah menjadi penghalang bagi
kebebasanku. Aku membual dengan kata-kata kasar, tak tahu bahwa setiap ucapan
itu seperti pisau yang menorehkan luka di hatinya.
Mama tak membalas, ia hanya diam. Diam
yang lebih tajam dari perkataan apa pun. Diam yang membungkus semua rasa
sakitnya dalam hati, sementara aku, seperti biasa, sibuk dengan dunia egoku
yang semu.
Aku merasa bersalah. Kata-kata yang
keluar dari mulutku itu, kini terasa seperti beban berat yang tak pernah
hilang. Mama tidak pernah mengatakan apapun, hanya diam dalam kesendiriannya.
Mungkin, bagi Mama, itu adalah cara dia merawat hatinya, agar tak ada luka yang
lebih dalam. Mama adalah Mariaku—perempuan yang begitu kuat, yang selalu
menjaga setiap bagian dari diri ku tanpa pernah mengeluh.
**
Ayah, dengan segala ketulusan, tidak
pernah marah. Tak pernah ada bentakan atau kata-kata kasar yang terlontar dari
bibirnya. Ayah tahu bahwa aku adalah gadis kecil yang butuh kasih sayang, yang
butuh pelukan ketika lelah, yang butuh perhatian meski terkadang aku tak
mengungkapkannya. Dalam setiap langkah hidupku, Ayah selalu ada, memberi
petunjuk, memberi harapan. Pelukan Ayah adalah tempatku bernaung, tempatku
merasa aman dari segala badai yang datang.
Ayahku adalah Yoseph-ku—seorang lelaki
yang mencintai ku dengan cara yang sederhana, namun penuh makna.
Dua puluh tahun, perjalanan panjang
yang tak mudah. Namun, setiap detik yang kulewati selalu diisi dengan doa-doa mereka.
Setiap langkah, setiap pilihan, selalu terbayang dalam ingatanku—kerja keras
mereka, pengorbanan mereka, dan cinta yang tak pernah terucap, namun selalu
terasa. Mereka telah memberi segala-galanya, tanpa berharap lebih dari apapun.
Mereka adalah alasan bagiku tuk bisa berjalan sejauh ini.
Aku menenun kisah hidupku, dan dalam
setiap hela nafas. ada tetesan keringat mereka yang menjadi benang-benang
pengikat kehidupanku. Aku tahu, cinta mereka adalah kekuatan yang membuat aku
mampu bertahan dalam segala kesulitan. Dan meski tak ada kata yang cukup untuk
mengungkapkan rasa terima kasihku, aku tahu—bahwa cinta mereka akan selalu
menjadi doa yang mengiringi setiap langkah hidupku.
Limabelas November adalah milik
mereka—hari di mana dua jiwa itu bersatu dalam doa, menunggu kehadiranku, yang
akan meneruskan jejak mereka dalam hidup yang tak pernah berhenti berputar.
Selamat Ulang Tahun Yahhhh untuk yang Ulang
Tahun hari Ini.
Komentar