Dari Sudut Tenggara untuk Papa Francesco

 

Bumi pertiwi diliput keharuan, merunduk dalam kesyukuran yang mendalam. Di sudut tenggara ini, aku menyaksikan pemandangan yang membekas dalam jiwa. Mata-mata yang berlinang menandakan betapa mendalamnya rasa yang dirasakan. Anakmu, anak-anak nusantara, kini tengah bergetar dalam haru dan syukur menyambut kehadiranmu.

Dalam lembaran sejarah bangsa ini, nama-mu akan tertulis dengan tinta emas. Hadirmu di tengah kawanan kami, menyentuh hati dengan lembut. Aku melihat, dari sudut tenggara ini, jiwa-jiwa yang pernah rapuh kini bangkit kembali. Engkau datang membawa kesejukan yang tak terhapuskan oleh teriknya surya, menjadi berkat yang tiada tara bagi kami.

Dunia mungkin heran, dunia mungkin cemburu pada kebahagiaan kami hari ini. Namun, dunia juga tahu bahwa aku dan mereka pantas merasakan sukacita ini. Pancaran jubah putihmu menerangi kegelapan, menembus keraguan yang kadang mengerikan. Ketika langkah kakimu menyentuh tanah, walau hanya dengan roda, bumiku dipenuhi sorak sorai kebahagiaan.

Dari sudut tenggara ini, aku menyaksikan jagat yang menilai kebahagiaan kami. Melihat wajahmu, betapa dunia bergetar dengan sorak-sorai. Lambaian tanganmu membawa harapan, memberikan kami pelajaran berharga. Dari sudut ini, jiwa kami terangkat dalam kebahagiaan yang tak terhingga.

Kehadiranmu, Papa Fransiskus, membawa sinar yang menembus terowongan rasa. Jejak langkahmu di bumi ini akan abadi dalam ingatan kami. Engkau tidak mengharapkan kemewahan, tidak meminta jet khusus atau mobil mahal yang hanya dimiliki oleh mereka yang berkelimpahan. Dalam kesederhanaanmu, kami belajar untuk mengoreksi diri dan memahami arti sejati dari kehidupan.

Dunia mencintaimu, bumi kami bangga padamu. Kehadiranmu menyebarkan kesejukan dan harapan bagi anak-anak kami.

Para pemimpin kami, semoga dapat belajar darimu tentang arti kesederhanaan yang bukan kemewahan.

Sejak kehadiranmu, kami yang terombang-ambing oleh gonjang-ganjing politik menemukan kepastian. Di tengah krisis kepercayaan terhadap pemimpin, kami menemukan sosok yang lemah lembut, sosok yang menunjukkan bahwa seorang ayah tidak pernah meninggalkan anak-anaknya sendiri.

Kini, haru bukan hanya milik kami yang dibaptis, tetapi juga saudara-saudara kami sealam bumi Nusantara. Papa Fransiskus, terima kasih untuk cinta dan berkatmu bagi bangsa dan negara kami. Dari sudut tenggara ini, anak-anakmu mengulurkan tangan penuh rasa syukur dan harapan.

darvis_tarung

Kupang, 6 September 2024

Top of Form

Bottom of Form

 

Komentar

Anonim mengatakan…
Mantap Fr,walau hanya menyaksikan lewat layar kaca,tetapi mampu memaknainya lebih dalam. 😊😊
Anonim mengatakan…
Gagah sekali tulisan dari temanku ini e hehe
Jho mengatakan…
Mntap fr,.... Teruslah berkarya 👍🙏

Postingan populer dari blog ini

Jejak Langkah Raynildis: Perjalanan Dalam Sunyi

Lorong San Juan

Oa