Enu dan Eudaimonia

Ditengah kerumunan para pemeluk bahagia, aku mencarinya. Mondar-mandir tuk menemukan wajah yang terekam baik dalam ingatanku. Ia sang pemilik bahagia, dan bahagia itu sendiri. Ia menawarkan kebahagiaan itu dalam kesunyian raga. Tak sengaja aku mengenalnya. Tak sengaja aku mempelajari tentangnya. Sejak rasa jumpa itu, ada kebahagaian kerap kali aku menjumpainya. Inikah rasa?

Sekian lama aku bergulat dengan tanya ini. Dirinya. Puitisnya. Syair-syair bahagianya. Malam kali kedua adalah kesempatanku tuk jumpa dengannya, setelah malam cahaya lilin itu. Sempat aku dengar, ia datang ke festival ini, ada panggung khusus untuk mereka dan groupnya. Ia berbakat. Anggun dan bersahabat. Entahlah kenapa aku harus mengiventaris tentangnya? Ini hanya rasa.

Aku mencarinya dan belum ditemukan juga. Hanya kebahagiaan mereka yang lain ku temukan di sini. Tentang mereka yang menikmati nostalgia lagu-lagu gebiar jiwa. Aku henti sejenak mencari sang bahagia. Hanya mata yang lirik menuju sela-sela lampu sorot yang memesonakan jiwa para gebiar. Sorak dan teriak para penikmat bahagia, memecahkan sunyi pencarianku. Kegelisahan hati pertanda jumpa tak kunjung ada. Handphone yang ku gengam saksi pencarian: Enu ada dimana? Waktu memberi alasan: centang satu bukan dua apalagi tanda biru. Enu pergi.

Kebahagiaan hilang? Ini hanya rasa.

Ditengah sorak ini, aku melampirkan dengan ingatanku pada pencetus pikir. Katanya; “engku harus melangkah jauh melewati bahagiamu sebagai rasa itu. Sesungguhnya ada kebahagiaan lain yang lebih hakiki untukmu”. Apa? Tanyaku.

Eudaimonia, jawabnya singkat.

Ia menasehat. Mulai menguraikan arti kebahagiaan yang sesungguhnya. “Engkau sedang mencari kebahagiaan saat engkau ada bersamanya. Benarkan? Kebahagiaan itu bukan ditentukan oleh perasaan. Eudaimonia (kebahagiaan) itu kualitas hidupmu, bukan perasaan dirimu saat ini. Eudaimonia bukan episode-episode yang tersembunyi dan hanya di Unlock (dibuka) sesudah kondisi tersebut dipenuhi, layaknya engkau menjumpai Enu yang ditunggu-tunggu itu. Kejarlah rasa jumpa dengan mutu hidupmu, bukan perasaan bahagia yang kemudian akan hilang. Jadilah dan temukan eudaimonia (bahagia) itu tujuan terakhir seluruh pencarianmu. Bahagia sebagai perasaan yang engkau alami saat ini akan pergi bersamaan dengan waktu, namun eudaimonia (bahagia) akan kekal bersamamu asal engkau setia memaknainya”. Demikian sajak nasihat dari sang penasehat itu.

Aku sadar seketika. Ditengah kebahagiaan ini, hanya akan bertahan sejenak lalu akan pergi selamanya. Apakah kebahagiaan ini akan tertinggal? Ini hanya bahagia perasaan saja. Yang tertinggal itu eudaimonia (bahagia).

darvis_tarung

Komentar

Jems mengatakan…
kebahagiaan sejatinya tidak dapat diartikan, sebab selama kita mencarinya memang tidak dapat ditemukan. kebahagiaan itu sederhana, ada dalam setiap derap langka kita, hanya kadang ditenggelamkan oleh penyesalan dan penyesalan....
Damian Deveuster mengatakan…
Hati2 dgn bahagia kak����

Postingan populer dari blog ini

Jejak Langkah Raynildis: Perjalanan Dalam Sunyi

Lorong San Juan

Oa