Lelogama; perjumpaan rasa.

 

Lelogama; perjumpaan rasa.

Darvis Tarung

Sekian lama aku berjalan dalam bayang ketakpastian. Entah apa yang seharusnya sehingga aku memilih untuk menanti, walaupun aku tahu tak mungkin. Sekian cerita yang kita bangun. Tentang Lelogama. Sejak itu aku harus berhadapan dengan kenyataan; akankah semuanya bersama-sama? Sekarang aku tetap dalam penantian. Mungkinkah?

Skenario cerita yang Nana bangun atas rasa dan rindu. Perjumpaan di Lelogama menenun kisah rindu. Kadang Enu bertanya pada sunyi ini; inikah yang di namakan rasa?

Lelogama telah mengukir awal perjumpaan. Lelogama pula yang mempertemukan cerita-cerita itu. Enu tak sadar bahwa Enu telah terbawa oleh gaung kata-kata tentang puitis Lelogama. Entahlah apa yang dipikirkan orang tetapi yang pasti Lelogama adalah perjumpaan rasa.

Aku mengenal Nana sudah sejak lama. Aku anggap perkenalan itu biasa-biasa saja. Yahhhh, tidak ada sesuatu yang istimewa antara cerita sahabat. Kini kita hampir selesai masa sekolah menengah atas,  selanjutnya kita merajut pilihan hidup masing-masing. Tergiang dalam kisah dan cerita tentang persahabatan kita, yah biasa-biasa saja.

Entah seberapa sering Enu lelucon bersama Nana. Seberapa sering Enu berlaku seperti anak kecil dan manja dengan Nana. Kadang pula Nana bersikap balik. Nana selalu memperhatikan Enu. Semuanya biasa-biasa saja.

Tapi kenapa sekarang berbeda?

Enu mulai sadar ada sesuatu diantara persahabatan kita. Nana pelan-pelan menarik Enu untuk sejenak memahami skenario ini. Yahhh…skenario rasa dan cerita.

“Lelogama adalah tempat wisata terbaik saat ini”. Itu kata Nana.

Yah, Enu setuju dengan kata Nana karena memang seperti itu. Viral di Tiktok, facebook dan Medsos lainnya. Lelogama dalam cengraman pandangan. Lelogama menarik banyak insan. Di sana paut rasa, cerita, cinta, juga rindu. Aku ikut nuraniku tuk menemani Nana ke Lelogama. Enu tidak tahu seperti ini skenario rasa yang Nana bangun. Nana memulai semua cerita keindahan Lelogama dengan puitis. Aku terbawa oleh kata-kata Nana. Akhirnya Enu tertidur dalam bayang-bayang romantis kata-kata Nana. Gerimis sore ini menemani kisah Enu  bersama Nana.

Enu sadar kita memang sahabat lama namun tak sedalam hari ini, di Lelogama. Kata-kata yang membuat Enu harus terbawa rasa, Nana mengungkapkan rasa itu sendiri. Enu diam dan tak banyak bicara. Denyut nadi seolah-olah bertanya; inikah rasa???

Belum Enu menjawab, Nana  memoles kenangan di kening Enu menghapus titik-titik gerimis. Enu sadar. Enu sedang bergulat dengan rasa, antara nyaman dan tanda tanya. Inikah rasa???

Namun satu hal yang membuat Enu semakin bergulat dan bertanya; apakah semua ini mungkin? Sebab Nana telah berkisah bahwa setelah tamat nanti, Nana melanjutkan studi di seminari. Apakah Nana lupa dengan kata-kata waktu itu? Apakah rasa ini harus tetap ada? Atau ini hanya skenario Nana agar Enu mengiklaskan Nana untuk masuk Seminari?  Aku juga ada rasa ini dengan Nana. Kalau ini pilihan Nana, lalu Enu harus bagaimana dengan rasa ini??????????

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jejak Langkah Raynildis: Perjalanan Dalam Sunyi

Lorong San Juan

Oa