Kuletakan Tapak Kakiku Diatas Tapak Kakinya
Bulan Oktober dalam setiap tahun adalah bulan yang khusus bagi Putra-Putra Hati Tak Bernoda Maria atau sering dikenal dengan Bulan Claret bagi Para Misionaris Claretian. Jika umat Katolik pada umumnya memaknai bulan Oktober dengan bulan Rosario namun bagi para Misionaris Claretian memaknai bulan Oktober dengan dua peristiwa penting yakni Bulan Rosario dan Bulan Claret. Dalam bulan Claret ini menjadi moment yang penuh makna bagi para
Misionaris Claretian di seluruh dunia karena merupakan sebuah kesempatan untuk mengenang wafatnya Bapa Pendiri Kongregasi yakni St. Antonius Maria Claret, Fronfroid, Prancis 24 Oktober 1870.
Bulan
Claret
dan Bulan Rosario adalah moment ziarah bagi Para Misionaris Claretian bersama
Bunda Maria juga bersama Claret sebab selama
bulan ini Para Misionaris Claretian mendalami tema khusus yakni seputar
tentang Claret. Bicara tentang Claret tidak pernah lepas dari peran Maria. Maka
dari itu, sebelum meninggal dunia pada 24 Oktober 1870, Claret telah
meninggalkan banyak kisah hidup dan dalam kisah hidup itu terdapat kekayaan
spiritual yang sangat mendalam dan berharga.
Tapak-Tapak Claret
Sejak lahir kehidupan Claret diwarnai berbagai kisah-kisah menarik, baik itu kisah manis maupun kisah pahit semuanya pernah dialami oleh Antonius Claret. Dari kisah-kisah tersebut saya merefleksikan bahwa segala sesuatu yang berkaitan seorang manusia, Allah telah menyiapkan jalan baginya. Demikian pun dengan pribadi Claret. Allah telah menyiapkan jalan baginya dan Claret dituntun oleh Allah untuk melaksanakan suatu karya yang besar. Semuanya
berawal dari pengalaman hidup. Kisah-kisah manis hidup Claret tidak membuatnya merasa sombong atau merasa puas diri. Sebaliknya kisah-kisah pahit itu justru membuat dia matang dalam segala hal -fisik dan psikis. Dari pengalaman itu terjadilah “transformasi diri” yang sangat luar biasa bagi Claret. Dari Perancang Mode terkenal telah menjadi seorang imam yang karismatik.
Keluarga
yang mapan dalam hal ekonomi tidak membuatnya bahagia sebab cita-cita dari
pihak keluarga untuk menjadi perancang mode yang hebat dan siap membantu
perkembangan pabrikasi (aut. 56), justru akhirnya beralih. Claret sendiri milih
pilihan yang pernah ia mimpikan sejak kecil yakni ingin menjadi seorang Imam. Inspirasi
teks kitab suci; Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi ia
kehilangan nyawanya (Mat. 16 26) adalah awal dan sumber terjadinya perubahan
dalam hidup Claret. Pengalaman Quid Prodest ini akhirnya menghantar
Claret untuk menemukan karya Allah dalam dirinya yakni karya besar yang telah
disiapkan oleh Allah sendiri.
Perjalanan menuju imamat suci adalah sebuah jalan yang harus ditempuh oleh Claret dengan usaha dan kerja keras yang sangat luar biasa. Ketika ia sudah sampai pada puncak imamat suci itu, tidak cukup baginya menjadi imam projo yang nota bene hanya melayani umat dalam satu paroki. Muncul semangat untuk “keluar” melayani banyak orang yakni mau menjadi misionaris – melayani umat universal- sebab jiwanya untuk seluruh dunia. Tapak-tapak Claret tersebut yang kemudian saya renungkan adalah jalan yang telah disediakan oleh Allah menuju suatu karya yang besar dan memiliki efek keselamatan bagi banyak orang. Allah menginginkan sesuatu dari pribadi Claret dan Claret sendiri pun merasakan kekuatan itu. Karya Allah tercurah melalui Claret.
Mimpi Claret
Claret memiliki mimpi yang sangat mulia yakni agar Allah dikenal, dicintai, dilayani dan dimuliakan oleh semua orang (aut 202). Ini adalah misi yang kemudian ditinggalkan oleh Antonius Maria Claret kepada pengikutnya yakni Para Misionaris Claretian. Claret menempatkan Allah diatas segala-galanya. Allah harus diprioritaskan. Claret terus berteriak untuk menyerukan kemuliaan Allah, bukan kemuliaan dirinya. Ia memberitakan kehebatan Allah bukan kehebatan
dirinya. Ia mewartakan karya Allah bukan karyanya. Claret berusaha agar semua orang bertobat dari dosa-dosanya dan akhirnya bahagia bersama Allah dalam kerajaanNya. Ini adalah mimpi Claret sejak kecil bahkan sejak ia berumur lima tahun; selama-lamanya, selama-lamanya, selama-lamanya…….
Bulan Claret dan Bulan
Rosario, kedekatan Claret dengan Maria.
Dalam
hidupnya, Claret selalu mengisahkan kedekatannya dengan sang Bunda Allah yakni
Perawan Maria. Maria telah ambil bagian dalam seluruh rangkaian ziarah hidup
Claret dan peran itu bukan sesuatu yang tersembunyi lagi bagi Claret. Pengalaman
mistik Claret berjumpah dengan sang bunda merupakan pengalaman yang membuat
Claret mengakui bahwa Maria adalah segala-galanya setelah Yesus Kristus. Kedekatan
ini pula tampak nyata dalam nama Claret yang menempatkan nama Maria dalam
namanya menjadi Antonius Maria Claret.
Kedekatan
sang bunda dengan sang anak melahirkan cinta yang tak pernah surut. Dalam
banyak tantangan atau godaan yang dialami oleh sang anak, sang bunda selalu datang
mendampingi. Sekuat apapun godaan namun sang anak tidak pernah jatuh. Itu semua
berkat sang bunda yang selalu ada disamping sang anak. Adalah sebuah kehormatan
bagi sang anak yang telah berpulang kepangkuan Bapa tepat pada bulan Rosario,
Oktober 1870. Saya merenungkannya bahwa momen ini bukan sesuatu kebetulan
tetapi sebuah rencana Allah agar para Misionaris Claretian mampu memaknai kisah
Claret dan kisah Maria secara bersamaan, sebab para Claretian adalah Putra-Putra
Maria.
Bulan
Oktober tahun ini telah memperkaya saya dengan melihat tapak-tapak Claret yang
tentunya memotivasi saya untuk selalu melihat karya Allah dalam diri saya
sambil bertanya; apa maunya Allah dalam hidup saya? Disamping itu pula saya
mestinya memperkuat relasi dengan Maria sebagai ibu dan pendamping saya. Maria
harus menjadi model hidup sebagaimana yang telah ditunjukan oleh Claret dalam
hidupnya. Dasar-dasar yang telah dihidupi oleh Claret sebagaimana yang telah
dikisahkannya dalam autobiografi setidaknya menjadi pegangan bagi saya sebagai
penerusnya. Saya pun ingin meletakkan tapak kaki saya diatas tapak kaki Claret.
Komentar