Kamu

 

Kamu.


 

Darvis Tarung


Menikmati sunyi senyap dalam pekat

Ruang mimpi menghantui gejolak

Ketika ku menyusuri gejolak bukit

Kutemukan senyum di ujung rumah tua yang tinggi kokoh

Entah apa yang menghantarku pada senja

Yang menyisih sedikit waktu antara kau,aku juga kita.

Mimpi di minggu malam teringat akan senyum yang terlampir di bawa merpati

Ia terbang membawa secarik kertas putih yang katanya dikirim dari senyum

Aku tak sempat berkutik dalam jawaban

Karena senyum membekas dalam ingatanku di minggu itu.

Kau masih ingat?????

Gara-gara bunga di gereja tua yang sempat engkau menyuruhku untuk mengantikan pernak-pernik estetika malam itu. Tak sengaja aku mencuri senyum yang walaupun di gelap malam itu. Diatas panggung itu kita sempat cerita singkat. Kau yang pertama membuatku terbangun dalam perasaan…..yahhh senyum. Gara-garamu…..

Pagi itu di Oktober kita sempat mengukir kisah yang semakin dalam. Disana kau pertama kali melontarkan kata rindu. Aku binggung karena sejam lalu kita berjumpa. Entahlahhhhhh….senyum…

Kembali kubertanya pada gereja tua yang terus mengintai. Tapi ia malah membisu tak menjawab. Aku terus bertanya ia malah membisu dan hanya senyuman sembari mawar merah yang sempat kau bawa.

Yahhhhh aku….. karena aku, aku…dan manjadikan aku tengelam dalam masa itu.

Tiba natal kusempat mengunjungmu senyum. Sempat kita menari selayak digurun yang dihiasi mawar.

Kau, aku,mereka dan kita sempat menari. Tanganmu sempat ku pengang erat.dan kau hanya senyum entah karena sakit. Atau karena juga kau suka. Tapi sebelum ku lupa. Ada kisah yang menarik di kamar makan yang tak terlupa dari memoriku. Ku tak sengaja injak kakimu. Kau tetap senyum nakal. Yahhhhhh kamu. Hari ini kamu menangis entah kenapa. Aku binggung bungkam seribu bahasa yang tak mau berbicara. Air matamu seperti hujan di kemerau panjang. Anehhhhnya… kau malah senyum.

Tiba paska ku tak lihat kembali dirimu. Kutanya pada kawanmu….engkau dimana?

Mereka hanya diam menangis entah kenapa. Aku juga ikut terdiam. Saraya turut duka seperti mereka. Tak kulihat kembali senyum itu. Kata mereka engkau pergi tak akan kembali. Siallllllllllllllll. Kesalku. Aku belum berjumpah denganmu. Tapi engkau pergi begitu saja. Aku rindu padamu……tak ada lagi yang memberi senyum padaku.

Tapi kemarin tepat hari ketiga kepergianmu aku mendapat kabar…engkau hadir kembali. Ada senyum yang kuharap darimu…. Kutanya orangmu….jawaban mereka bahagia…engkau telah kembali…. Aku rindu padamu……

Kata mereka….kau meninggalkan damai sejahterah bagiku…..

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jejak Langkah Raynildis: Perjalanan Dalam Sunyi

Lorong San Juan

Oa