Por siempre, Por siempre
Por siempre, Por siempre
Darvis Tarung| postulan CMF.
Santo Antonius Maria Claret adalah pendiri kongregasi Putera-Putera Hati Tak Bernoda Maria atau yang kita kenal misionaris Claretian (CMF). Antonius Maria Claret lahir di Sallent,Spanyol pada 23 Desember 1807. Ia tumbuh dan berkembang dalam keluarga kristiani yang baik. Ayahnya bernama Juan Claret dan ibunya Yosefina Clara. Keluarga ini merupakan keluarga yang taat akan Allah dan selalu menanamkan semangat hidup rohani kepada anak-anak mereka.
Antonius merupakan anak kelima dari sebelas bersaudara. Dalam kisah hidupnya, Claret menampilkan suatu perjalanan hidup yang unik. Ia adalah tokoh sederhana dan seorang yang luar biasa. Kehidupan Claret setiap harinya selalu diwarnai berbagai kisah-kisah yang menjadi inspiratif bagi orang mengenalnya. Misionaris Claretian Khususnya, mencerminkan kehidupan dari sang santo. Melalui autobografinya, Claret menghadirkan setiap situasi hidup dan segala pergulatan yang dialaminya. Kisah jatuh bangunnya kehidupan, ia tampil sebagai sebuah sebuah refleksi untuk para Claretian saat ini, dan tentu menjadi cerminan dalam bermisi. ”Proyek” utamanya adalah mencari kemuliaan Allah dan keselamatan manusia.
Salah satu hal dari sekian kebajikan, teladan, cita-cita, dan juga mimpi dari Pater Claret adalah memikirkan keselamatan manusia,memikirkan keabadian -Por Siempre, Por siempre. Bagi saya hal ini menjadi ciri khas tersendiri sang santo. Mengapa? Ketika berusia lima tahun ia mulai memikirkan hal ini, selama-lamanya,selama-lamanya,selama-lamanya. Bagi sang Claret cilik yang masih belia itu, surga adalah bukan tempat untuk mereka yang berdosa. Lalu apakah yang berdosa dibiarkan tidak menikmati surga itu? Keprihatinan ini yang menggerakkan Claret berusaha dalam hidupnya untuk mengarahkan orang-orang berdosa kembali pada jalan pertobatan hingga akhirnya mereka menikmati surga. Perjuangan yang sangat berarti membawanya kepada suatu kebaktian hidup dengan sepenuhnya menyerahkan diri kepada Allah.
Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Claret dalam autobiografinya; Hal ini membuat saya pada kodratnya seorang yang mempunyai hati yang mudah berbelaskasihan….Tepat gagasan inilah yang telah membuat saya bekerja selama hayat……,untuk mentobatkan orang-orang berdosa…(bdk. autobiografi No. 9). Kepribadian Claret yang memikirkan jauh tentang sesamanya manusia. Didalam dirinya ada cinta yang berkobar-kobar. Kelembutan hati. Perhatian. Penyerahan diri demi masuk dalam suatu karya yang besar. Claret tidak sekadar memikir “ selama-lamanya, selama-lamanya”, tetapi lebih dari itu ia berani masuk dalam pekerjaan-pekerjaan.
Antonius Maria Claret mengakui bahwa apa yang dilakukannya adalah bukan semata-mata dari dirinya sendiri. Bukan atas kekuatannya. Dapat kita simak bahwa segala-galanya itu lahir dari kedekatannya dengan bunda Maria. Kedekatan dengan sang ibu membuat seorang anak mampu melakukan segala-galanya. Seorang ibu tidak membiarkan anaknya berkelana dan berjuang sendiri. Sang ibu selalu hadir menemani. Ibu hadir dalam mengatasi segala rintangan dari anaknya, Antonius.
Suatu hal yang mesti digali dari pribadi Claret adalah memikirkan sesama. Ia merasa “cemas” dengan orang yang berdosa. Baginya, mereka tidak akan menikmati kebahagiaan di surga melainkan menikmati kesengsaraan di neraka. Tentu ini berlaku Por siempre, por siempre. Menariknya bahwa ia tidak terlalu kwatir dengan hal-hal duniawi. Namun kecemasannya tentang kehidupan akhir hayat (neraka) bagi yang berdosa. Atas dasar Por siempre,por siempre, ia menunjukkan kerja nyatanya dalam melayani dan mulai melaksanakan ”proyek” keselamatan manusia. Memikirkan diri sendiri, kelompok, dan lain sebagainya yang sifatnya pribadisasi tidak menjadi alasan utama dalam karyanya. Keegoisan, harta, memperoleh keuntungan, mengharapkan imbalan, merupakan hal yang tidak mengikatnya.
Cita-cita menjadi seorang pastor adalah suatu jalan yang panjang baginya. Perjalanan yang tidak mulus, tetapi begitu banyak rintangan dan tikungan-tikungan yang menguji nyalinya untuk terus berusaha mencari kemuliaan Allah dan keselamatan manusia. Pendekatan yang erat bersama bunda Maria, sebagaimana yang saya sebutkan sebelumnya, membuat jalan panggilannya menjadi hamba Allah sedikit demi sedikit terbuka walaupun tak semulus yang kita pikirkan. Namun karena Por siempre, por siempre selalu menghantui pikirannya sehingga nilai juang dalam dirinya terus bergulat.
Tema Por siempre, por siempre yang saya angkat ini sebagai bentuk pengaguman terhadap tokoh Antonius Maria Claret. Ada suatu yang unik sebetulnya yang di tampilkan di sana. bahwasannya, diusia yang begitu belia (lima tahun) ia telah memikirkan jauh tentang kehidupan. Ada kecemasan yang mendalam. Menarik juga bahwa jarang ada anak-anak seusia Antonius yang berpikir demikian. Sebagian besar anak-anak seusianya bukan tidak mungkin memikirkan tentang mainan. Namun Claret tidak hanya memikirkan soal permainan tetapi tentang keselamatan di “dunia kedua” setelah kehidupan di dunia nyata.
Bagaimana dengan dewasa sekarang ini? Situasi kita saat ini kadang muncul suatu keprihatinan. Orang-orang tak lagi memikirkan sesamanya. Ada persaingan disana-sini. Keegoisan dan sikap individualisme semakin naik ke permukaan. Kepentingan kelompok semakin di prioritaskan. Lebih lagi di era yang semakin modern ini, ada kecendrungan untuk tidak memikirkan dunia akhirat. Tak kala muncul pikiran bahwa dunia akhirat hanyalah bayang-bayang manusia semata. Orang-orang lebih fokus mendulang keselamatan duniawi misalnya bersaing dalam mencapai kekayaan yang berlimpah. Mencari kehormatan. Mendapat keuntungan. mendulang pujian. Kekuasaan semat-mata segalanya dan lain sebagainy
Andaikan Claret hidup di jaman ini, kira-kira apa yang akan ia lakukan? Tetapi kita patut bersyukur bahwa ia telah mendirikan kongregasi Claretia dengan tujuan untuk melanjutkan “proyek” besar yang telah dimulainya sejak dulu. Saat ini misionaris Claretian tersebar di berbagai belahan dunia dengan satu motivasi yang satu, misi yang satu, tekat yang satu, harapan yang satu, yakni kemuliaan Allah yang lebih besar dan keselamatan manusia. sehingga Por siempre, por siempre kebahagiaan di surga bukan di neraka.
Komentar