Perjuangan Yang Tak Dianggap; oleh Darvis (aspiran) & Julio (postulan) CLARETIAN
Perjuangan Yang Tak Dianggap
Sungai Amazon merupakan salah satu dari dua sungai terpanjang di dunia salah satunya sungai Nil.
Panjang sungai ini mencapai 4.000 mil. Sistem sungai Amazon mengangkut volume
air terbesar dari sistem sungai manapun. Sungai Amazon dihitung dari pegunungan
Andes di sebelah barat, cekungan dengan anak sungai utamanya sungai
Maranon di Peru. Secara politis cekungan sungai Amazon dibagi menjadi beberapa
bagian dan salah satunya adalah Amazonia Brazil
legal. Brazil merupakan salah satu tempat yang dijangkau oleh sungai Amazon. Di
tempat inilah seorang misionaris Claretian yang setia menjalankan tugasnya
sebagai hamba Allah yang taat. Pedro Casaldaliga namanya.
Siapa sebenarnya Pedro Casaldaliga? Pedro Casaldaliga adalah seorang Spanyol-Catalan. Dia lahir di tepi Sungai Llobregat, Balsareni-Spanyol, pada 16 Februari 1928. Dia ditahbiskan menjadi imam misionaris Claretian pada 31 Mei 1952 di MontjuIc,Barcelona. Kemudian ia memulai karya misinya di Brazil pada 26 januari 1968. Bermisi di Brazil merupakan impianya. Pedro Casaldaliga juga adalah orang yang ikut terlibat dalam perjuangan pembebasan Brazil, khususnya Revolusi Nikaragua. Ia adalah orang yang berani menghadapi ancaman pembunuhan berulang kali. Bahkan saat seorang pastor Jesuit pater Joao Bosko Penido Burnier terbunuh berdiri di sampingnya. Peristiwa itu terjadi ketika dalam sebuah pawai memprotes penganiayaan terhadap tahanan wanita. Pria yang lahir pada 16 Februari 1028 itu, tetap bertekad untuk membela orang-orang tertindas, masyarakat adat dan petani kecil di Brazil.
Pada 27 april 1970, Casaldaliga dilantik sebagai administrator apostolik prelatur yang baru didirikan. Pada 23 Oktober tahun berikutnya,dia di tahbiskan sebagai Uskup di Sao Felix Do Araguai,Brazil. Dia tinggal disana dan bersama umatnya, ia mengetahui kemiskinan sumbar daya mereka. Dia hidup dengan memperjuangkan hak-hak orang miskin. Tidak heran, jika Casaldaliga terkenal dengan pembelaan dan perjuangannya yang berpihak pada orang-orang miskin dan masyarakat adat. Sementara dalam tugasnya sebagai seorang uskup, dia menolak untuk melakukan “Kunjungan ad limina”, pada 1980-an. Dimana kunjungan ad limina itu merupakan kunjungan wajib para uskup setiap 5 tahun ke Roma. Dia mengatakan bahwa dia takut tidak bisa masuk kembali ke Brazil yang baginya “Kunjungan itu birokrasi, formal, dan tidak mengarah pada dialog yang tepat.”
Seperti apa kontribusi Uskup di Sao Felix Do Araguaia,Brazil itu untuk kongregasi Claretian? Kontribusi yang disumbangkan oleh Pedro Casaldaliga cukup besar. Dia telah memperkenalkan Claretian di banyak tempat, khususnya di Brazil dengan corak berteologinya yang khas dan teologi pembebasanya. Pria berambut putih dan berkacamata itu juga mendirikan misi Claretian di Brazil, di wilayah Araguai, di Negara bagian Mato Grasso, Amazon tahun 1968. Selain itu bagi kongregasi Claretian, Casaldaliga adalah seorang nabi. Nabi seperti halnya dalam perjanjian lama, yang menyuarakan kerajaan Allah kepada umat Israel dan ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh umat Israel. Namun, sayangnya perjuangan sang nabi itu tidak dianggap dan ditanggapi dengan baik oleh umat Israel. Begitupun dengan Pedro Casaldaliga, ia tidak dianggap serta ditanggapi dengan baik dan merasakan hal yang sama seperti nabi-nabi pada zaman perjanjian lama. Uskup Casaldaliga adalah pejuang yang tak kenal lelah untuk membela hak-hak masyarakat adat dan pekerja pedesaan. Beliau juga adalah sosok yang mengikuti dan menghidupi teladan dari St. Antonius Maria Claret, pendiri Kongregasi Putera-Putera Hati Tak Bernoda Maria. Ia berpegang teguh dalam prinsip dari sang pendiri kongregasinya yakni: “memeluk pengorbanan-pengorbanan, bersukacita dalam penderitaan, merasa senang dan rela di dalam fitnahan-fitnahan, memasuki pekerjaan-pekerjaan, dan hanya bermegah di dalam salib Yesus Kristus”. Misionaris Claretian yang satu yang ini secara total mengikuti spirit Apostolic pater Claret: “biarlah Allah dikenal, dicintai, dilayani, dan dimuliakan”.
Pedro Casaldaliga juga terkenal dengan teologi-teologi pembebasan. Seperti apa kekhasan dari teologinya itu? Uskup Casaldaliga berteologi melalui puisi. Dan itu merupakan kekhasan teologinya. Dengan berteologi melalui puisi, para ahli atau teolog lainnya akan sulit untuk membantah teologinya. Sebab, puisi memiliki banyak penafsiran dan penilaian. Selain dikenal karena kekhasannya dalam berteologi melalui puisi. Ia pun dikenal karena berteologi demi memperjuangkan pembebasan masyarakat di Brazil, khususnya Revolusi Nikaragua yang tidak didukung oleh Gereja.
Lalu bagaimana sikap atau tindakan dari para calon misionaris dan misionaris Claretian sekarang ini dalam melihat semangat dari sang misionaris Casaldaliga? Sikap dan tindakan yang tentunya dihidupi oleh para calon misionaris dan misionaris Claretian sekarang ini ialah teladan hidup kesederhanaan dan keberanian dalam menghadapi tugas misi seperti Casaldaliga. Sebab, kesederhanaan dan keberanian tersebut hal yang melekat pada pribadi Pedro Casaldaliga. Bahkan ia pernah tidak dikenal oleh umat yang menunggunya untuk melakukan doa syukur. Karena, ia memakai pakaian masyarakat biasa daripada pakaian uskup. Juga, tidak banyak menuntut hal.
Bahkan sebelum kematiannya Sabtu, 8 Agustus 2020 dia mengatakan bahwa ia ingin dikuburkan seperti orang biasa, yaitu hanya dibalut tikar, ditutupi dengan tanah, dan di pinggir sungai. Selain kesederhanaan, terdapat juga keberanian, yaitu berani untuk melakukan hal yang benar. Dia adalah orang yang berani bertindak membela masyarakat miskin di Brazil. Walaupun,pembelaannya itu tidak didukung oleh Gereja dan ditentang oleh pemerintahan Brazil. Pedro Casaldaliga sang Uskup di Sao Felix Do Araguaia,Brazil dan juga sang teolong kebebasan itu tutup usia yang ke-92 tahun. Kepergiannya ke rumah bapa meninggalkan banyak kisah inspirasi bagi para calon misionaris dan misionaris Claretian saat ini.Itulah Pedro Casaldaliga.
Tulisan ini merupakan hasil wawancara dengan Petrus Pit Duka Karwayu,CMF. Mahasiswa Fakultas Teologi Wedabhakti,Yogyakarta. Saat ini beliau menjalani masa TOP-nya di Komunitas Pra Novisiat Claret (PNC), Kupang, NTT.
Komentar