Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2025

Hilang dan Air Mata Gea

Gambar
  Suara jangkrik yang berdesir mengisi sepi malam, mengiringi kesedihan yang menggulung hati. Di sudut kamarnya, Gea duduk termenung, wajahnya basah oleh air mata yang tak kunjung berhenti mengalir. Kehilangan ayah tercinta terasa seperti sebuah mimpi buruk yang sulit diterima. Kenapa harus begitu cepat? Kenapa harus engkau, ayah? Mengapa Tuhan begitu tega merancang drama hidup ini untukku? Gea mengalihkan pandangan ke jendela, berharap bisa melarikan diri dari kenyataan yang begitu pahit. Tapi tak ada yang bisa ia lakukan. Hanya kesepian yang menemani, dan tanya yang terus bergema dalam benaknya. Mengapa? Mengapa begitu cepat? Berita kehilangan itu datang seperti petir yang mengoyak langit. Semua yang ada di sekitarnya seolah-olah mendukungnya untuk menutup diri, mencari ketenangan dalam kesendirian. Teman-temannya yang khawatir mengetuk pintu, mengirim pesan, namun Gea tak memberi jawaban. Ia hanya ingin sendiri, meresapi setiap detik yang terasa begitu berat. Namun, mesk...

Pesona Jubahmu

Gambar
  Aku menyusuri bangku-bangku kosong, Di mana jejak kaki tak pernah lelah menunggu. Mencari tempat untuk bertekuk, memohon, Dalam diam, aku menapaki jalan panjang penuh kerinduan. Langkah kakiku, kuayun pasti, Menuju sujud, melangitkan doa tanpa kata. Aku seorang pengembara, Yang sedang berziarah, mengais harapan pada semesta. Mataku kupejam, tangan kuikatkan doa, Jari-jari saling menggenggam erat, tak ingin lepas. Mulutku terbungkam, namun hati berbicara, Aku seorang peziarah yang beradu harap. Aku memohon pada yang tak tampak, Berharap kelak aku selamat dari segala gemuruh dunia. Jubah putihmu menggodaku, Berpijak di tanah yang penuh doa, kini aku bertekuk dan memohon. Suatu saat, kelak, aku ingin berjubah sepertimu, Dengan segala kemuliaan yang terukir di ujung benang. Aku kagum pada pesona jubahmu, Menghadirkan ketenangan, menghapus kegelisahan. Aku pun berharap, di tahun pengharapan ini, Suatu saat nanti, harapan menjadi kenyataan, Menjadi seperti jubahmu, Menyelim...

Rosa dan Hening

Gambar
  Kelas nampak kosong. Semua penghuninya telah pergi mencari jalan lain, menyusuri kehidupan mereka yang kini tak lagi berbagi ruang yang sama. Di tengah hening, aku sempat berpikir, mungkin tak ada lagi yang tinggal di sini. Hanya sisa kursi yang terbengkalai, terpapang menuju papan yang sunyi, menatap tanpa kata. "Selamat siang, Mario." Suara itu datang dari sudut belakang kelas, memecah kesunyian yang memeluk ruangan. Aku terkejut. Ahhhh ternyata masih ada orang di sini, batinku berkata. "Hai, Ros. Kamu belum pulang?" tanyaku, merasa kaget dengan kehadirannya yang tiba-tiba. "Bagaimana mau pulang, beta masih beres-beres skripsi ini, beta mau konsul di dosen ni," jawab Rosa dengan logat Kupang-nya yang begitu kental, membuat kata-katanya terasa seperti alunan musik yang indah dan berat. Aku menghampirinya. Memang, ia tengah berjuang dengan tulisan akhirnya. Raut wajahnya penuh konsentrasi, namun ada kesan tenang di sana. Aku memutuskan untu...

Parfum dari Maria

Gambar
  Malam penuh kisah, berbisik lembut pada angin yang datang membawa rahasia. Menghantar aroma jiwa, yang perlahan mengisi ruang-ruang hening, menghidupkan kembali kenangan yang terlupakan. Senyum itu, yang terukir manis di sudut rumah tua, menjadi saksi diam perjalanan waktu. Di sana, di antara dinding-dinding yang pudar, tatap mata mereka bertemu. Mata yang tak pernah berdusta, penuh dengan ribuan cerita yang tak mampu dibahasakan. Dulu, rasa itu hanya bayang, angan yang tak pernah terjamah nyata. Namun, tatapan itu—ahhhhhhh, tatapan itu—yang meruntuhkan segala kemungkinan. Kini, aroma jiwa ada dalam kisah yang tak terucapkan. Derah dan deruh waktu bersatu, mencipta jalinan tak terduga, di mana setiap helaan napas terasa begitu berarti. Aroma jiwa itu tercium, bersembunyi dalam sela-sela waktu. Menyatu di senja jiwa, dalam kisah mereka yang tak ingin berakhir. Mereka hanya diam, berteduh dalam kisah yang terjalin tanpa suara, namun penuh dengan makna. *** Waktu berlari tan...